Pertumbuhan ini, di tengah ketatnya kondisi moneter global, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan moderasi harga komoditas, menegaskan ketahanan perekonomian Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengatakan ekonomi Indonesia mampu menunjukkan ketahanan di tengah ketatnya kondisi moneter global dan moderasi harga komoditas.

Pada triwulan I-2024, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen secara year on year (yoy), naik dari 5,04 persen (yoy) pada triwulan IV-2023, yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi sejak triwulan III-2023.

"Pertumbuhan ini, di tengah ketatnya kondisi moneter global, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan moderasi harga komoditas, menegaskan ketahanan perekonomian Indonesia," kata ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky di Jakarta, Selasa.

Riefky menuturkan kinerja perekonomian RI yang kuat tersebut didorong oleh peningkatan belanja pemerintah untuk persiapan pemilihan umum (pemilu) dan belanja rumah tangga yang lebih tinggi selama Ramadhan yang mengimbangi dampak penurunan harga komoditas global terhadap ekspor.

Konsumsi rumah tangga meningkat menjadi 4,91 persen (yoy) pada triwulan I-2024 dari 4,47 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya, sedangkan belanja pemerintah meningkat 19,90 persen (yoy) pada triwulan I-2024 dari 2,81 persen (yoy) pada triwulan IV-2023.

Ekspor tumbuh sebesar 0,50 persen (yoy) pada triwulan I-2024 dibandingkan 1,64 persen (yoy) pada triwulan IV-2023, meskipun harga komoditas global mengalami penurunan.

Impor kembali membaik, tumbuh sebesar 1,77 persen (yoy) pada triwulan I-2024 setelah mengalami kontraksi 0,15 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya, mencerminkan permintaan domestik yang lebih kuat.

Selain itu, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar 3,56 miliar dolar AS pada April 2024, mengalami kontraksi sebesar 9,60 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan turun 22,26 persen month to month (mtm) dari surplus Maret 2024 sebesar 4,58 miliar dolar AS.

Hingga April 2024, Indonesia telah mencatat surplus perdagangan selama empat tahun. Meskipun terjadi penurunan baru-baru ini, surplus perdagangan terkini merupakan yang tertinggi sejak Maret 2023, tidak termasuk Maret 2024. Penurunan surplus perdagangan pada April 2024 terutama disebabkan oleh penurunan ekspor dan impor secara bulanan.

Secara tahunan, meskipun ekspor terus tumbuh, laju pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan impor, sehingga menyebabkan surplus perdagangan lebih kecil.

Lebih lanjut Riefky menuturkan pada April 2024, ekspor Indonesia kembali pulih dengan pertumbuhan positif sebesar 1,72 persen (yoy) menjadi 19,62 miliar dolar AS, yang merupakan kenaikan tahunan pertama sejak Juni 2023.

Perubahan itu terjadi setelah hampir setahun kinerja yang lemah akibat menurunnya harga komoditas dan lesunya perekonomian global, menunjukkan kondisi ekonomi yang membaik dan pulihnya permintaan global.

Ekspor migas dan nonmigas masing-masing meningkat sebesar 7,24 persen (yoy) dan 1,33 persen (yoy). Logam mulia mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 70,97 persen (yoy), didorong oleh kenaikan harga emas global dan pembelian emas oleh bank sentral Tiongkok.

Ekspor nikel juga meningkat sebesar 24,67 persen (yoy) menjadi 670,1 juta dolar AS karena peningkatan volume yang berkelanjutan sejak September
2023. Sebaliknya, penurunan ekspor bahan bakar mineral sebesar 19,56 persen (yoy) menghambat pertumbuhan secara keseluruhan.

Dari sisi impor, terjadi pemulihan yang cukup signifikan, di mana impor tumbuh sebesar 4,62 persen (yoy) menjadi 15,35 miliar dolar AS pada April 2024, menyusul penurunan pada bulan sebelumnya sebesar 12,76 persen (yoy).

Baca juga: ADB: Aktivitas ekonomi Indonesia tetap tumbuh di tengah risiko global
Baca juga: Ekonom prediksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen di kuartal II 2024

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024