Jakarta (ANTARA) - Sebuah studi mengungkapkan bahwa paparan fluorida prenatal meningkatkan risiko mengembangkan masalah neurobehavioral pada balita.
Pengfluoridasi air, proses penambahan fluorida ke air minum, dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1945 sebagai langkah untuk mencegah kerusakan gigi. Namun, studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa paparan fluorida selama kehamilan dapat memengaruhi IQ anak-anak.
Dikutip dari Medical Daily, Selasa (21/5), untuk memperkirakan dampak paparan fluorida maternal terhadap perilaku anak pada usia tiga tahun, tim peneliti di Sekolah Kedokteran Keck di USC mengevaluasi lebih dari 220 pasangan ibu-anak di Los Angeles, California.
Baca juga: Ahli kesehatan sarankan lakukan pemeriksaan genetik di awal kehamilan
Paparan fluorida maternal diestimasi dari sampel urine yang dikumpulkan selama trimester ketiga kehamilan. Perilaku anak-anak, termasuk fungsi sosial dan emosional pada usia tiga tahun, dievaluasi oleh orang tua menggunakan Checklist Perilaku Anak Prasekolah.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak dengan paparan fluorida lebih tinggi mengalami masalah seperti reaktivitas emosional, keluhan somatik termasuk sakit kepala dan sakit perut, kecemasan, dan gejala yang terkait dengan autisme.
"Perempuan dengan tingkat paparan fluorida yang lebih tinggi dalam tubuh mereka selama kehamilan cenderung memberi peringkat anak-anak mereka yang berusia 3 tahun lebih tinggi dalam masalah neurobehavioral secara keseluruhan dan gejala internalisasi, termasuk reaktivitas emosional, kecemasan, dan keluhan somatik," kata Tracy Bastain, seorang profesor asosiasi ilmu populasi klinis dan ilmu kesehatan masyarakat serta penulis senior studi ini dalam sebuah rilis berita.
Baca juga: NIPT cara baru cek kelainan kromosom pada usia awal kehamilan
Tim juga mencatat bahwa peningkatan paparan fluorida sebesar 0,68 miligram per liter hampir menggandakan risiko masalah neurobehavioral pada anak-anak, mencapai tingkat yang mendekati kriteria untuk diagnosis klinis.
"Ini adalah studi berbasis AS pertama yang meneliti asosiasi ini. Temuan kami cukup penting, mengingat bahwa wanita dalam studi ini terpapar pada tingkat fluorida yang cukup rendah—tingkat yang tipikal bagi mereka yang tinggal di wilayah yang difluoridasi di Amerika Utara," kata Ashley Malin, penulis utama studi ini.
Tidak ada ketentuan saat ini untuk membatasi paparan fluorida selama kehamilan. Para peneliti berharap temuan mereka akan membantu pejabat merumuskan solusi untuk mengurangi risiko.
Baca juga: Pajanan polusi udara prenatal bisa merusak otak anak
"Tidak ada manfaat yang diketahui bagi janin dari mengonsumsi fluorida. Dan sekarang kita memiliki beberapa studi yang dilakukan di Amerika Utara yang menunjukkan bahwa mungkin ada risiko yang cukup signifikan bagi otak yang sedang berkembang selama waktu itu," kata Malin.
Untuk lebih memahami sejauh mana dampaknya, diperlukan studi tambahan yang mengevaluasi paparan fluorida di wilayah lain di negara ini.
"Meskipun ini adalah studi pertama di AS tentang paparan fluorida selama kehamilan, studi lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk memahami dan mengurangi dampaknya pada seluruh populasi AS," tambah Malin.
Baca juga: Guru Besar UI: Investasi prenatal dapat hasilkan manusia berkualitas
Baca juga: Menko PMK: Pembangunan manusia dimulai dari prenatal dan ASI
Penerjemah: Putri Hanifa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024