Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumberdaya Air BRIN Ignasius Sutapa mengatakan pemenuhan akses air minum dan sanitasi sejauh ini masih terbatas di Pulau Jawa, sedangkan daerah-daerah remote seperti Sumatra, Kalimantan, dan Papua masih sangat rendah.
"Beberapa PDAM yang pernah saya survei hanya bisa menyuplai tidak lebih dari 10 persen penduduk, sehingga terobosan-terobosan sangat diperlukan," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Ignasius menuturkan pembicaraan tentang air tak pernah ada habisnya karena seluruh kehidupan di bumi punya nyawa dan membutuhkan air.
Bahkan, para astronom yang melakukan penjelajahan luar angkasa selalu berusaha mencari air terlebih dahulu dalam setiap kini pencarian jejak-jejak kehidupan di planet lain.
"Air menjadi hak dasar yang harus dipenuhi setiap negara yang mempunyai penduduk. Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan hak dasar terhadap air sebenar 60 liter per orang setiap hari," kata Ignasius.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa BRIN menciptakan berbagai inovasi untuk membantu negara dalam memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi bagi masyarakat.
Salah satu inovasi yang dibuat adalah instalasi pengolahan air gambut atau IPAG. Air gambut yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan ada pewarna alami saat ini mampu diolah menjadi air bersih dan air minum yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
Ia berharap semangat Forum Air Sedunia atau World Water Forum ke-10 yang sekarang sedang berlangsung di Bali dapat menjadi fokus semua pihak dan komitmen pemerintah untuk mempercepat pemenuhan hak dasar masyarakat terhadap air.
Baca juga: Deklarasi tingkat menteri World Water Forum ke-10 disahkan
Baca juga: Indonesia Water Fund efektif atasi gap pembiayaan infrastruktur air
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024