Reaktor penelitian di Arak tidak bisa memproduksi plutonium yang digunakan untuk membuat bom atom karena plutoniumnya akan tertinggal di inti reaktor selama setahun,"
Teheran (ANTARA News) - Reaktor air berat di Arak, Iran, tidak mampu memproduksi plutonium yang dapat digunakan untuk senjata nuklir seperti yang dikhawatirkan negara-negara Barat, kata kepala badan atom Iran, Jumat.
"Reaktor penelitian di Arak tidak bisa memproduksi plutonium yang digunakan untuk membuat bom atom karena plutoniumnya akan tertinggal di inti reaktor selama setahun," kata Ali Akbar Salehi kepada kantor berita ISNA.
"Plutonium yang digunakan untuk membuat senjata tidak dapat tertinggal di inti reaktor lebih dari tiga atau empat pekan karena akan menarik elemen lain yang tidak bisa digunakan untuk membuat senjata," katanya.
Namun, Salehi menjelaskan bahwa Iran tidak memiliki fasilitas yang dapat memurnikan plutonium untuk penggunaan tersebut.
Dalam kesepakatan penting yang dicapai pada 24 November, Iran sepakat untuk menghentikan sebagian aktivitas nuklirnya selama enam bulan dengan imbalan pengurangan sanksi dan janji untuk tidak mendapatkan sanksi baru dari Barat.
Instalasi nuklir di Arak merupakan kekhawatiran pihak Barat karena Teheran secara teori dapat mengekstraksi plutonium untuk senjata nuklir jika mereka membangun fasilitas pemrosesan ulang.
Iran setuju untuk tidak membangun fasilitas tersebut dalam kesepakatan yang dicapai bulan lalu itu. Mereka juga berkomitmen untuk tidak mengembangkan instalasi nuklir mereka di Arak, Fordo dan Natanz.
"Ketika kamera Badan Energi Atom Internasional terpasang dan secara rutin memantau reaktor serta memeriksanya, tidak akan ada lagi kekhawatiran seperti itu," kata Salehi.
Namun Salehi juga menegaskan bahwa melucuti reaktor Arak atau menghentikan upaya pengayaan uranium adalah suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.
Negara-negara Barat dan Israel mencurigai aktivitas nuklir Iran merupakan kedok untuk aktivitas militer, padahal Teheran berkali-kali membantah hal itu dan menyatakan siap bekerja sama dengan pengawas atom PBB untuk transparansi.
Wakil Menlu Iran, Abbas Araqchi, pada Senin mengatakan dialog teknis soal kesepakatan nuklir Iran dengan negara P5+1 (Inggris, Prancis, Rusia, China, AS, ditambah Jerman) akan dilanjutkan usai liburan Natal.
Negosiasi yang berlangsung selama empat hari pada Kamis hingga Minggu pekan lalu belum menunjukkan kemajuan berarti karena adanya perbedaan cara pandang terhadap kesepakatan nuklir yang dicapai pada 24 November dari kedua belah pihak, demikian AFP.
(Uu.P012/M014)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013