Bom ini telah dirakit untuk bisa meledak dari jarak jauh."
Kairo (ANTARA News/AFP) - Bom meledak dekat satu bus di utara Kairo, ibukota Mesir, pada Kamis yang melukai lima orang hanya beberapa saat setelah pemerintah negeri itu memberlakukan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris.
Kaca-kaca bus umum yang berwarna merah dan hitam itu terserak akibat ledakan di persimpangan jalan sibuk di Nasr City, sebelah utara Kairo.
Polisi menjinakkan bom kedua dan menutup kawasan itu, kata seorang koresponden kantor berita Prancis AFP.
Ledakan bom itu terjadi sehari setelah pemerintah yang diangkat militer menyatakan Ikhwanul Muslimin, gerakan tempat Presiden Mohammad Moursi menjadi salah satu tokohnya, sebagai organisasi teroris.
Sebelumnya seorang pembom bunuh diri menggunakan mobil menewaskan 15 orang di markas polisi.
Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan, serangan itu dimaksudkan untuk mengintimidasi para pemilih menjelang referendum bulan depan mengenai konstitusi baru, sebagai langkah awal dalam transisi demokratis menjelang pemilihan parlemen dan presiden.
Seorang jenderal polisi, Mohamed Gamal, memperlihatkan bom pipa yang telah dijinakkan kepada wartawan dengan mengatakan bahwa bom itu ditempatkan di satu papan iklan dan disiapkan meledak ketika polisi tiba di tempat ledakan pertama.
"Bom ini telah dirakit untuk bisa meledak dari jarak jauh," kata kata jubir Kementerian Dalam Negeri, Hany Abdel Latif kepada AFP.
Ia mengemukakan, bom-bom itu dimaksudkan untuk menakuti-nakuti orang sebelum referendum".
Seorang saksi mata melukiskan orang-orang panik setelah ledakan itu.
"Saya berada 100 meter ketika mendengar ledakan itu. Saya lari membantu yang luka-luka. Mereka berdarah. Satu orang kehilangan satu kaki," kata Mahmud Abd al-Al, seorang saksi mata dan sehar-hari sebagai buruh konstruksi.
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan lima orang luka-luka dalam serangan itu.
Ikhwanul Muslimin, yang menyelenggarakan aksi-aksi protes harian menuntut Moursi didudukkan kembali ke jabatannya, menyatakan bahwa pihaknya menjalankan aksi damai dan mengutuk serangan-serangan militan.
Gerakan itu dinyatakan sebagai teroris setelah ledakan bom Selasa lalu di satu markas polisi yang menewaskan 15 orang, walaupun satu kelompok yang terinspirasiu Al Qaida di Jazirah Sinai menyatakan bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Ledakan di kairo tampaknya yang pertama dengan sasaran warga sipil walau mungkin diarahkan untuk sasaran lain dan meledak lebih awal daripada yang direncanakan.
Seorang pembom bunuh diri telah meledakkan satu bom mobil pada September di kawasan itu dalam usaha membunuh Menteri Dalam Negeri, Mohamed Ibrahim, ketika konvoinya melintas.
(Uu.M016)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013