Jakarta, 30 Agustus 2006 (ANTARA) - PT Antam Tbk (JSX, SSX - ANTM; ASX -ATM) mengumumkan laba bersih konsolidasian (tidak diaudit) untuk periode enam bulan pertama yang berakhir 30 Juni 2006 sebesar Rp515 miliar (US$56 juta) dengan laba bersih per saham sebesar Rp270,06. Pencapaian laba bersih yang telah di-review terbatas oleh PricewaterhouseCoopers ini meningkat 24% dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun 2005 sebesar Rp416 miliar (US$44 juta) dengan laba bersih per saham sebesar Rp217,97. Ringkasan Keuangan (dalam miliar Rupiah)
| 1H05 | 1H06 | % Perubahan |
Penjualan | 1.311 | 2.104 | 61 |
HPP | 660 | 1.129 | 71 |
Beban Usaha | 134 | 122 | (9) |
Laba Usaha | 517 | 854 | 65 |
Laba Bersih | 416 | 515 | 24 |
Net operating cash flow | (107) | 583 | N/A |
Marjin laba bersih | 32% | 24% | (25) |
Total Kewajiban:Ekuitas | 55:45 | 49:51 | N/A |
Hutang/Ekuitas | 83% | 58% | (30) |
Penjualan bersih | Penjualan 1H05 (Rp Miliar) | Penjualan 1H06 (Rp Miliar) |
Bijih nikel | 679 | 812 |
Feronikel | 283 | 967 |
Emas | 237 | 206 |
Bauksit | 79 | 88 |
Perak | 24 | 24 |
Pasir besi/lain-lain | 2,8 | 0,7 |
Jasa pemurnian | 6 | 7 |
Total | 1.311 | 2.104 |
Penjualan bersih Antam tercatat naik Rp794 miliar atau 61% menjadi Rp2,104 triliun (US$229 juta). Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan produksi dan volume penjualan feronikel serta peningkatan harga jual komoditas utama Antam. Seperti tahuntahun sebelumnya, sebagian besar dari total penjualan berasal dari penjualan ke mancanegara (ekspor) serta dari segmen nikel. Dari total penjualan Antam, sebesar Rp1,939 triliun atau 93% berasal dari pasar ekspor dengan 84% dari total penjualan berasal dari komoditas nikel. Produksi feronikel meningkat 151% menjadi 6.859 ton nikel dalam feronikel (TNi) seiring dengan kinerja produksi pabrik FeNi II yang terus meningkat setelah pekerjaan overhaul pabrik pada bulan Oktober 2005. Volume penjualan feronikel naik 175% menjadi 6.329 TNi seiring dengan masih kuatnya permintaan nikel dari pelanggan Antam. Nilai penjualan feronikel tercatat meningkat 241% menjadi Rp967 miliar menyusul peningkatan volume penjualan serta peningkatan harga jual sebesar 10% menjadi US$7,54 per pon (lb). Nilai penjualan feronikel ini berkontribusi 46% dari total nilai penjualan Antam serta memberikan peningkatan Rp684 miliar dari total peningkatan nilai penjualan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan produksi, volume penjualan, dan harga jual dari komoditas bijih nikel kadar tinggi (saprolit) serta kadar rendah (limonit) turut berkontribusi terhadap peningkatan penjualan pada periode tengah tahun pertama 2006. Produksi bijih nikel saprolit naik 38% menjadi 1,63 juta wet metric tons (wmt) dengan volume penjualan tercatat naik 15% menjadi 1,57 juta wmt. Sementara itu produksi bijih nikel limonit turun 19% menjadi 0,38 juta wmt dengan volume penjualan turun 13% menjadi 0,36 juta wmt. Nilai volume penjualan komoditas bijih nikel tercatat Rp812 miliar atau 38% dari total nilai penjualan. Komoditas bijih nikel memberikan peningkatan Rp133,5 miliar dari total peningkatan nilai penjualan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Harga jual bijih nikel saprolit naik 2% menjadi US$46,02 per wmt, sementara harga jual bijih nikel limonit naik 74% menjadi US$28,29 per wmt. Seiring dengan implementasi redesain tambang emas Pongkor menyusul struktur tambang bawah tanah yang rapuh serta kadar yang lebih rendah, produksi emas dan perak tercatat turun masing-masing menjadi 1.280 kg dan 10.631 kg. Seiring dengan penurunan produksi, volume penjualan emas turun 33% menjadi 1.178 kg, sementara volume penjualan perak mengalami penurunan sebesar 9% menjadi 10.236 kg. Meskipun harga jual emas meningkat 38% menjadiUS$590,48 per troy ounce, kontribusi nilai penjualan emas hanya tercatat turun 13% atau Rp31 miliar menjadi Rp206 miliar atau setara 10% dari total nilai penjualan. Nilai penjualan komoditas perak naik 1% menjadi Rp24 miliar seiring dengan peningkatan harga jual sebesar 13% menjadi US$8,01 per troy ounce. Kontribusi dari jasa pemurnian Logam Mulia yang termasuk dalam segmen emas meningkat 8% menjadi Rp6,6 miliar. Secara keseluruhan, kontribusi segmen emas tercatat mengalami penurunan 11% menjadi Rp237 miliar, atau 11% dari total nilai penjualan Antam. Meski terjadi penurunan produksi dan volume penjualan, nilai penjualan komoditas bauksit tercatat meningkat 11% atau Rp9 miliar menjadi Rp88 miliar seiring dengan peningkatan harga jual bauksit sebesar 27% menjadi US$13,45 per wmt.
Harga Jual | 1H05 | 1H06 |
Bijih nikel saprolit (US$/wmt) | 45,09 | 46,02 |
Bijih nikel limonit (US$/wmt) | 16,28 | 28,29 |
Feronikel (US$/lb) | 6,85 | 7,54 |
Emas (US$/t.oz) | 427,38 | 590,48 |
Perak (US$/t.oz) | 7,06 | 8,01 |
Bauksit (US$/wmt) | 10,56 | 13,45 |
Target Produksi | 2006 |
Feronikel (Tni) | 13.000-15.000 |
Bijih nikel saprolit (juta wmt) | 3,1 |
Bijih nikel limonit (juta wmt) | 0,9 |
Emas (kg) (t.oz) | 2.500 88.184 |
Bauksit (juta wmt) | 1,5 |
Konsumen Empat pelanggan terbesar Antam pada tengah tahun pertama 2006 tercatat sebesar dua per tiga dari total penjualan, masing-masing Avarus, agen Antam untuk melayani pelanggan Eropa termasuk pelanggan jangka panjang seperti Thyssen Krupp Nirosta dan AvestaPolaris, sebesar Rp400 miliar (19% dari total penjualan); Posco sebesar Rp379 miliar (18% dari total penjualan); Mitsui& Co sebesar Rp346 miliar (16% dari total penjualan) dan Yieh United Steel Corp sebesar Rp229 miliar (11% dari total penjualan). Mayoritas perjanjian penjualan Antam berdasarkan volume dengan harga yang ditentukan oleh harga spot internasional. Harga jual bijih nikel ditentukan oleh rata-rata harga spot nikel internasional di London Metal Exchange (LME) pada periode kuartal sebelumnya. Berdasarkan perjanjian berjangka waktu menengah, bijih nikel saprolit (umumnya berkadar nikel antara 2,2% - 2,4%) diekspor ke produsen-produsen feronikel Jepang, seperti Pamco dan Sumitomo Metals Mining Co, sementara untuk bijih nikel limonit yang terdiri dari bijih nikel kadar rendah (umumnya berkadar nikel antara 1,2% - 1,5%) dan bijih nikel saprolit kadar rendah (umumnya berkadar nikel antara 1,6% - 2,0%) diekspor ke QNI di Australia. Komoditas feronikel dijual berdasarkan kontrak berjangka waktu menengah dan panjang ke konsumen di Eropa dan Asia Utara. Harga jual feronikel ditentukan oleh rata-rata harga spot nikel internasional di London Metal Exchange (LME) pada periode bulan sebelumnya. Untuk komoditas bijih nikel dikapalkan secara FOB (free on board) sementara untuk feronikel dikapalkan secara CIF (cost, insurance and freight). Untuk harga jual produk komoditas emas dan perak ditentukan oleh harga spot di London Bullion Market Association (LBMA). Komposisi penjualan ekspor mencapai 35% dari total penjualan di segmen ini. Komoditas bauksit diekspor ke produsen alumina terkemuka di Cina dan Jepang dengan harga yang ditentukan berdasarkan negosiasi, termasuk dengan pertimbangan kadar silika dalam bauksit. Antam masih mengekpor komoditas bauksit seiring dengan peningkatan permintaan yang menyebabkan Antam dapat memperpanjang usia tambang Kijang. Selain itu bersama dengan partner Cina berencana akan membangun fasilitas smelter grade alumina.
Komoditas Konsumen dan NegaraKomoditas | Konsumen dan Negara |
Saprolit | Gokokai (Pamco (via Mitsubishi), SumitomoMetals Mining Co. (via Mitsui), Nippon Yakin Kogyo (via Marubeni)) -Jepang Raznoimports, FeniMak (for IMR/Alferon), Pobuzky -Eropa
|
Limonit | Queensland Nickel Pty. Ltd - Australia
|
Feronikel | Via Avarus AG (Agen Antam di Eropa):ThyssenKrupp Nirosta, AvestaPolarit, ALZ BV, Pohang Iron & Steel Co (Posco) - Korea Nikkinko Trading, Atmix (via Mitsubishi), Nisshin Steel, Nippon Yakin Kogyo (via Marubeni) - Japan Yieh United Steel, Taiwan
|
Emas | Standard Bank - UK Pedagang perhiasan lokal - Indonesia |
Perak | AGR Mathey Yamamory Pedagang perhiasan lokal - Indonesia
|
Pemurnian Logam Mulia | PT Newmont Minahasa Raya, PT Indo Muro Kencana, PT Nusa Halmahera Minerals - Indonesia
|
Bauksit | Nippon Light Metals, Showa Denko, Sumitomo Chemical - Jepang Shangdong Aluminium, Shangdon Xinfa - China
|
Harga Pokok Penjualan/Laba Kotor Harga pokok penjualan Antam pada tengah tahun pertama 2006 tercatat mengalami kenaikan 71% atau Rp467 miliar menjadi Rp1,129 triliun (US$123 juta). Kenaikan tersebut sebagian besar disebabkan oleh peningkatan produksi feronikel dan bijih nikel serta peningkatan harga untuk bahan dan jasa penambangan. Peningkatan produksi feronikel sebesar 151% menjadi 6.859 TNi merupakan kontributor terbesar dari peningkatan biaya Antam. Produk feronikel membutuhkan energi yang besar. Pada semester pertama tahun 2006, 44% dari biaya tunai untuk memproduksi feronikel datang dari BBM yang digunakan untuk menghasilkan tenaga yang diperlukan smelter di pabrik feronikel. Antam meningkatkan produksi bijih nikel yang sebagian besar biaya dicerminkan pada jasa penambangan bijih, namun untuk produksi pada komoditas lainnya mengalami penurunan. Seiring dengan peningkatan atas permintaan komoditas serta upaya dari industri untuk memenuhi permintaan tersebut, maka harga-harga yang dikenakan untuk sektor industri pertambangan turut meningkat termasuk transportasi, suku cadang, peralatan dan bahan. Hal ini tercermin dari kenaikan dari 17 pos biaya, sementara hanya 4 pos biaya yang mengalami penurunan. Dampak dari peningkatan produksi feronikel pada tengah tahun pertama 2006 serta kenaikan harga BBM yang mengikuti harga internasional terefleksikan dari komponen biaya BBM yang merupakan komponen biaya Antam terbesar. Lima komponen biaya terbesar Antam tercatat sebesar 85% dari total harga pokok penjualan, yakni (dalam kurung merupakan persentase terhadap total biaya) : BBM (22%), bahan (22%), jasa penambangan (20%), tenaga kerja (12%) dan penyusutan (9%). Pada periode tahun lalu, lima komponen biaya terbesar Antam adalah jasa penambangan (19%), bahan (14%), tenaga kerja (14%), penyusutan (11%) dan BBM (9%). Biaya BBM meningkat 331% menjadi Rp250 miliar, sebagian besar digunakan untuk memproduksi feronikel. Komponen biaya BBM adalah biaya variabel, sehingga pada saat pabrik FeNI II dalam masa perbaikan tahun lalu walaupun subsidi pemerintah dicabut pada pertengahan tahun 2005, komponen BBM hanya berada pada posisi komponen biaya kelima terbesar. Pada pertengahan tahun 2006, seiring dengan peningkatan harga BBM maka percepatan peningkatan biaya BBM lebih besar dari peningkatan volume produksi. Harga BBM per liter meningkat 114% dari Rp1.768 per liter menjadi Rp3.791 per liter. Pabrik feronikel Pomalaa mengunakan pembangkit tenaga listrik bertenaga 102 MW yang dioperasikan oleh Wartsila, Finlandia. Pembangkit listrik baru dan lebih efisien ini dapat beroperasi dengan mengunakan BBM jenis Marine Fuel Oil yang lebih murah. Biaya pemakaian bahan Antam meningkat 170% menjadi Rp248 miliar dan tetap sebagai komponen biaya terbesar kedua. Biaya bahan juga merupakan biaya variabel, termasuk bijih serta consumables, seperti batu kapur dan antrasit. Sebagian besar komponen biaya bahan merupakan bahan untuk memproduksi feronikel. Berbeda dengan tahun 2005, komponen terbesar dari biaya bahan serta peningkatannya adalah berasal dari pembelian 518.353 wmt bijih nikel kadar tinggi dari PT Inco untuk umpan bijih pabrik FeNi III. Biaya jasa penambangan bijih nikel dan bauksit oleh kontraktor Antam meningkat 77% menjadi Rp221 miliar dan merupakan komponen biaya ketiga terbesar. Hal ini merupakan dampak dari persentase peningkatan biaya jasa penambangan yang lebih besar dari peningkatan volume produksi bijih. Biaya jasa penambangan tidak merupakan biaya terbesar karena pada pertengahan tahun 2006 karena Antam tidak melakukan toll smelting. Pada semester pertama tahun 2005, Antam melakukan toll smelting sebesar 300 TNi dengan Pamco, Jepang. Antam merencanakan untuk melakukan toll smelting dengan produsen feronikel untuk mengantisipasi penurunan produksi apabila adanya perbaikan atau adanya penutupan yang tidak direncanakan. Biaya tenaga kerja Antam merupakan komponen biaya keempat terbesar. Pada semester pertama tahun 2005 biaya tersebut merupakan komponen biaya ketiga terbesar. Biaya tenaga kerja meningkat 49% menjadi Rp134 miliar. Biaya tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai biaya tetap (fixed cost) dan Antam terus melakukan upaya untuk meningkatkan sinergi antara kinerja dan produktivitas. Kenaikan ini disebabkan oleh pembayaran pensiun dini serta kenaikan tingkat kompensasi seiring dengan kondisi keuangan Antam yang terus meningkat. Kenaikan tersebut diperkirakan dapat lebih tinggi apabila Antam tidak mengurangi jumlah tenaga kerja seiring dengan penutupan tambang nikel Gebe pada akhir tahun 2005 serta pengurangan tenaga kerja tidak tetap di tambang emas Pongkor pada kuartal pertama tahun 2006. Biaya depresiasi Antam merupakan komponen biaya terbesar kelima yang mencatat kenaikan 42% menjadi Rp103,5 miliar seiring dengan dimulainya pembebanan depresiasi pabrik FeNi III. Meskipun operasi komersial belum dilakukan, konstruksi pabrik telah diselesaikan pada saat switch on pabrik bulan Februari 2006 dan setelah itu pabrik mulai berjalan. Seiring dengan berjalannya pabrik sampai akhir Maret, Antam mulai menyusutkan nilai dari pabrik FeNi III tersebut. Seiring dengan persentase kenaikan harga pokok penjualan sebesar 71% yang lebih besar dari kenaikan total penjualan sebesar 61%, peningkatan laba kotor tercatat naik 50% menjadi Rp976 miliar (US$106 juta) dan marjin laba kotor turun dari 50% menjadi 46%.
Beban Usaha/Laba Usaha Berbeda dengan harga pokok penjualan, beban usaha mengalami penurunan 9% menjadi Rp122 miliar (US$13 juta). Biaya administrasi dan umum tercatat turun 6,5% menjadi Rp114 miliar, seiring dengan turunnya biaya penutupan tambang sebesar 62% menjadi Rp15 miliar. Biaya gaji, upah, bonus dan kesejahteraan karyawan, direksi dan komisaris yang merupakan komponen beban usaha terbesar, meningkat 9% menjadi Rp55 miliar. Antam menurunkan beban usaha dengan upaya menurunkan biaya perlengkapan kantor, pos dan telekomunikasi, biaya pada kantor perwakilan Tokyo serta eksplorasi. Penurunan beban usaha ini menjadikan persentase peningkatan laba usaha yang lebih besar dari laba kotor, sehingga laba usaha naik sebesar 65% menjadi Rp854 miliar (US$93 juta). Berbeda dengan marjin laba kotor, marjin laba usaha meningkat dari 39% menjadi 41%. Segmen nikel merupakan kontributor terbesar seiring dengan peningkatan laba usaha sebesar 71% menjadi Rp900 miliar meskipun marjin laba usaha segmen ini sedikit turun dari 55% menjadi 51%. Laba usaha segmen emas turun 31% dibandingkan periode sebelumnya menjadi Rp46 miliar, sementara marjin laba usaha segmen ini turun dari 25% menjadi 19%. Laba usaha segmen Lain-lain yang termasuk bauksit tercatat Rp10 miliar, dengan marjin laba usaha sebesar 11%. Ini merupakan peningkatan yang substansial dibandingkan periode sebelumnya tahun lalu. Segmen kantor pusat yang tidak menghasilkan pendapatan, tercatat mengalami peningkatan rugi usaha sebesar 31% menjadi Rp102 miliar. Apabila tidak memasukkan rugi usaha dari Kantor Pusat, kegiatan operasi Antam menghasilkan laba sebesar Rp956 miliar, dimana 95% dari total tersebut berasal dari segmen nikel dan sisanya dari segmen emas. Laba Usaha (Rp miliar)
Segmen | 1H05 | 1H06 |
Nikel | 527 | 900 |
Emas/Perak/Pemurnian | 67 | 46 |
Bauksit/Lain-lain | 0,6 | 10 |
Kantor Pusat* | (78) | (102) |
Total | 517 | 854 |
*Kantor Pusat dianggap sebagai segmen usaha karena pajak dibebankan ke kantor pusat
Marjin Usaha (%)Segmen | 1H05 | 1H06 |
Nikel | 55 | 51 |
Emas/Perak/Pemurnian | 25 | 19 |
Bauksit/Lain-lain | 1 | 11 |
Kantor Pusat* | - | - |
Antam | 39 | 41 |
*Kantor Pusat dianggap sebagai segmen usaha karena pajak dibebankan ke kantor pusat
Biaya Tunai Biaya tunai feronikel naik dari US$3,80 per lb pada 1H05 menjadi US$4,00 per lb pada 1H06. Kenaikan sebesar 5% ini sebagian besar disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada semester pertama 2006, BBM berkontribusi sekitar 44% dari biaya tunai feronikel. Sementara biaya tunai saprolit naik 34% menjadi US$18,88 per wmt dengan biaya tunai limonit mencapai US$6,01 per wmt. Antam saat ini tengah berencana untuk mengurangi biaya tunai feronikel dengan menggunakan bahan bakar gas yang lebih murah pada pertengahan tahun 2008 dari penggunaan BBM saat ini. Antam juga tengah mengkaji kemungkinan penggunaan tenaga air dalam jangka menengah hingga panjang. Seiring dengan penurunan tajam tingkat produksi emas, biaya tunai emas naik 47% menjadi US$292,07 per t.oz. Pada 1H06 biaya tunai bauksit naik 31% menjadi US$9,55 per wmt.
Pendapatan/Beban Lain-Lain Seiring dengan kenaikan beban bunga serta rugi kurs, Antam mencatat Beban Lain-lain sebesar Rp118 miliar, dibandingkan Pendapatan Lain-lain sebesar Rp74 miliar pada 1H05. Beban bunga Antam naik 433% menjadi Rp48 miliar menyusul dimulainya pembebanan bunga pembiayaan proyek FeNi III. Sebelumnya, Antam mengkapitalisasi beban bunga proyek FeNi III karena proyek masih berada dalam tahap pembangunan. Selain itu, akibat penguatan Rupiah, Antam membukukan rugi kurs sebesar Rp75 miliar, dibandingkan laba selisih kurs sebesar Rp19 miliar pada semester pertama 2005.
Laba Bersih Menyusul adanya Beban Lain-lain, peningkatan laba bersih Antam tercatat lebih kecil dari peningkatan Laba Usaha. Laba bersih naik 24% menjadi Rp515 miliar (US$56 juta) sementara marjin laba bersih tercatat 24% dibandingkan 32% pada 1H05.Neraca
Segmen | Aktiva 1H05 (Rp miliar) | Aktiva 1H05 (Rp miliar) |
Nikel | 3.670 | 4.608 |
Emas/Perak/Pemurnian | 637 | 676 |
Bauksit/Lain-lain | 104 | 111 |
Kantor Pusat* | 1.392 | 1.245 |
Antam | 5.803 | 6.640 |
Total Aktiva Total aktiva Antam naik 14% menjadi Rp6,640 triliun (US$714 juta) menyusul peningkatan piutang usaha pihak ketiga, kenaikan persediaan serta aktiva tetap.
Aktiva Lancar Aktiva lancar Antam naik 25% menjadi Rp2,523 triliun (US$271 juta) seiring dengan peningkatan piutang usaha pihak ketiga sebesar 267% menjadi Rp579 miliar serta kenaikan persediaan sebesar 49% menjadi Rp664 miliar. Kas dan setara kas turun 10% menjadi Rp900 miliar. Meski likuiditas Antam tercatat lebih kecil dari 1H05, namun masih cukup sehat dengan nilai 2.8 kali dengan modal kerja sebesar Rp1,615 triliun.
| 1H05 | 1H06 |
Rasio Lancar | 5,1X | 2,8X |
Modal Kerja | Rp1,616 triliun | Rp1,615 triliun |
Kas dan setara kas Antam yang tercatat sebesar Rp900 miliar sebagian besar ditempatkan dalam bentuk kas dan deposito berjangka di lebih dari 12 bank nasional maupun internasional. Jumlah kas di bank tercatat naik menjadi Rp550 miliar dan merupakan 61% dari kas dan setara kas Antam. Jumlah ini naik dari Rp170 miliar yang merupakan 17% dari total kas dan setara kas Antam di 1H05. Antam juga memiliki deposito berjangka senilai Rp348 miliar atau 39% dari total kas dan setara kas. Jumlah ini lebih kecil dari periode 1H05 sebesar Rp1,001 triliun atau 83% dari total kas dan setara kas pada 1H05. Suku bunga deposito berjangka tercatat naik dengan suku bunga deposito dolar Amerika berkisar 3,90% - 5,00% sementara untuk deposito Rupiah tercatat 12,00% - 13,00%. Sebagaimana tahun lalu, sebagian besar kas dan setara kas berdenominasi dolar Amerika dengan proporsi 73% atau senilai Rp659,5 miliar. Piutang usaha Antam naik hampir empat kali lipat menjadi Rp579 miliar menyusul kenaikan volume penjualan dan harga jual feronikel. Antam berpendapat seluruh piutang yang ada dapat tertagih. Persediaan Antam naik 49% menjadi Rp664 miliar seiring dengan kenaikan nilai barang dalam proses serta suku cadang dan bahan pembantu yang masing-masing naik 500% menjadi Rp66 miliar dan 125% menjadi Rp250 miliar. Pada umumnya, nilai persediaan tercatat stabil.
Aktiva Tidak Lancar Aktiva Tidak Lancar naik 9% menjadi Rp4,117 triliun (US$443 juta) seiring dengan kenaikan aktiva tetap sebesar 7% menjadi Rp3,611 triliun karena pembangunan pabrik FeNi III. Selain itu kenaikan aktiva tidak lancar juga disebabkan peningkatan biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan yang naik 39% menjadi Rp318 miliar.
Total Kewajiban Total kewajiban Antam naik 6% menjadi Rp3,396 triliun (US$36 juta) menyusul kenaikan kewajiban lancar seperti piutang usaha pihak ketiga, beban yang masih harus dibayar, hutang pajak, dan hutang dividen. Manajemen keuangan yang prudent meningkatkan struktur keuangan Antam dengan penurunan rasio hutang terhadap ekuitas menjadi 58% dan rasio hutang terhadap aktiva menjadi 28%. Sementara rasio kewajiban terhadap ekuitas tercatat 51:49 dibandingkan 55:45 pada akhir semester pertama 2005.
| 1H05 | 1H06 |
Hutang/ekuitas | 83% | 58% |
Hutang/aktiva | 37% | 28% |
Kewajiban:Ekuitas | 55:45 | 49:51 |
Kewajiban Lancar Kewajiban lancar Antam naik 128% menjadi Rp908 miliar. Hutang usaha naik 58% menjadi Rp138,5 miliar dengan 46% diantaranya berdenominasi dolar Amerika sementara 40% berdenominasi Rupiah. Beban yang masih harus dibayar naik 110% menjadi Rp284 miliar, sebagian besar karena peningkatan pos jasa penambangan dan pengangkutan yang naik Rp98 miliar menjadi Rp101 miliar. Hutang pajak naik 42% menjadi Rp143 miliar. Hutang dividen tercatat Rp271 miliar karena pada semester pertama 2006 belum dilakukan pembayaran dividen yang didasarkan pada laba bersih tahun 2005.
Kewajiban Tidak Lancar Kewajiban tidak lancar Antam turun 11% menjadi Rp2,488 triliun, dengan komponen terbesar kewajiban merupakan pinjaman obligasi senilai Rp1,592 triliun, disusul kewajiban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya yang naik 8% menjadi Rp597 miliar.
Total Hutang Total hutang Antam turun 16% menjadi Rp1,871 triliun (US$201 juta), termasuk obligasi berdenominasi dolar Amerika senilai Rp1,591 triliun yang dikeluarkan Antam Finance Ltd (Mauritius) pada tanggal 30 September 2003. Obligasi ini jatuh tempo tanggal 30 September 2010 dan memiliki opsi early redemption pada setiap tanggal pembayaran kupon sejak tanggal 30 September 2007. Antam telah melakukan bond buyback sehingga jumlah obligasi turun 14% menjadi Rp1,592 triliun. Pinjaman lain yang dimiliki Antam adalah pinjaman kredit investasi ke BCA senilai Rp223 miliar yang digunakan untuk ikut mendanai proyek FeNi III. Nilai dari pinjaman BCA ini turun 30% menjadi Rp223 miliar.
Ekuitas Ekuitas Antam naik 25% menjadi Rp3,244 triliun (US$349 juta) seiring peningkatan laba ditahan sebesar 39% menjadi Rp2,267 triliun yang disebabkan kenaikan pendapatan. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi naik 59% menjadi Rp476 miliar seiring dengan kenaikan penerimaan dari pelanggan akibat peningkatan penjualan feronikel serta harga jual komoditas. Penerimaan dari pelanggan naik 43% menjadi Rp2,019 triliun sementara pembayaran kepada pemasok naik 111% menjadi Rp1,111 triliun karena kenaikan biaya bahan bakar serta biaya bahan. Pembayaran untuk tenaga kerja turun 9% menjadi Rp212 miliar sementara pembayaran pajak juga turun 10% menjadi Rp316 miliar. Antam juga menerima restitusi pajak senilai Rp112 miliar terkait pembelian suku cadang dan peralatan untuk proyek FeNi III.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi turun 73% menjadi Rp304 miliar seiring mulai selesainya proyek FeNi III. Perolehan aktiva tetap turun 78% menjadi Rp229 miliar. Seiring dengan kenaikan kas dari aktivitas operasi dan penurunan capital expenditure, Antam mencatatkan posisi positive free cash flow.
Capital Expenditures Segmen | 1H05 Capex (Rp miliar) | 1H06 Capex (Rp miliar) |
Nikel | 708 | 96 |
Emas/Perak/Pemurnian | 33 | 23 |
Bauksit/Lain-lain | 6 | 1 |
Kantor Pusat* | 28 | - |
Antam | 774 | 121 |
*Kantor Pusat dianggap sebagai segmen usaha karena pajak dibebankan ke kantor pusat
Free Cash Flow | 1H05 (Rp miliar) | 1H06 (Rp miliar) |
Opearting Cash | 300 | 476 |
Total Capital Expenditures | 774 | 121 |
Free Cash Flow | -474 | 355 |
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Antam tidak mencatatkan arus kas dari aktivitas pendanaan di 1H06, berlainan dengan posisi pada 1H05 dimana Antam melakukan pembayaran hutang jangka panjang serta pembayaran dividen sebesar Rp246 miliar.
Lindung Nilai Saat ini Antam melakukan aktivitas lindung nilai pada komoditas nikel dengan produk zero cost collar. Dalam produk ini Antam akan menjual call option (memberikan hak kepada pembeli untuk membeli nikel pada harga yang telah ditetapkan) dan menjual put option (memberikan hak kepada Antam untuk menjual pada harga yang telah ditetapkan). Kontrak lindung nilai ini dilakukan dengan tiga bank yang menjadi counterpart. Apabila harga spot nikel tidak melebihi harga pada call option atau turun dibawah harga put option maka tidak ada transaksi yang terjadi. Karena produk zero cost collar, maka biaya yang timbul untuk kedua opsi tersebut adalah sama. Antam saat ini memiliki 3.100 ton nikel yang di-hedge dengan harga put US$9,65 per lb dan harga rata-rata call US$13,19 per lb. Periode hedging sejak Agustus sampai Desember 2006 dengan jumlah 600 ton yang mature setiap bulan. Antam tidak melakukan lindung nilai untuk komoditas lainnya.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Ashur Wasif Sekretaris Perusahaan Tel: (6221) 780 5119 Fax: (6221) 781 2822 Email: corsec@antam.com (T.UM001/B/W001/W001) 31-08-2006 09:43:17
Copyright © ANTARA 2006