Tokyo (ANTARA News) - Jutaan warga di Tokyo akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan gubernur pada Februari, setelah pejabat petahana mundur akibat terjerat skandal suap.

"Pemilihan gubernur akan berlangsung pada 9 Februari, Minggu, sementara hasil pemungutan suara dihitung pada hari yang sama," kata KPU Tokyo, seperti dilaporkan AFP.

Para kandidat wajib mendeklarasikan dirinya pada 23 Januari selama jam kerja.

Sejauh ini belum ada calon yang mengajukan diri, tetapi media telah menyebut sejumlah kandidat yang berpotensi maju, termasuk Hideo Higashikokubaru, seorang komedian yang terjun ke politik dan baru saja mundur dari anggota majelis rendah, serta Menteri Pendidikan, Hakubun Shimomura.

Mantan perdana menteri yang terkenal flamboyan, Junichiro Koizumi, dikabarkan telah menolak tawaran dari kelompok oposisi Your Party, tulis harian Mainichi.

Koizumi yang akan berusia 72 tahun pada Januari, telah muncul dengan citra sebagai pengkritik industri energi nuklir Jepang, meskipun sempat pro-nuklir ketika menjabat. Dia mendesak pemimpin Jepang saat ini Shinzo Abe untuk meninggalkan energi atom.

Mantan gubernur Tokyo Naoki Inose (67), yang merupakan tokoh dibalik kesuksesan Tokyo untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2020, menyampaikan pengunduran dirinya pekan lalu.

Dia mengaku telah berbuat naif setelah menerima uang senilai 500 ribu dolar dari pengusaha rumah sakit.

Inose terpilih sebagai sebagai salah satu gubernur dengan dukungan terbanyak setahun lalu, dengan 4,34 juta suara, mewarisi jabatan yang ditinggalkan dari tokoh nasionalis Shintaro Ishihara.

Tetapi dia kemudian dihadapkan tekanan terkait uang tersebut, yang dinilai sebagai upaya penyuapan dan berpotensi memengaruhi kebijakan.

Gubernur Tokyo itu merupakan politikus paling senior di area metropolitan berpenduduk 13 juta jiwa tersebut. Wilayah ibu kota Tokyo juga meliputi beberapa area penyangga, sejumlah distrik dan kepulauan yang berjarak beberapa jam perjalanan dengan feri dari kota tersebut.

Tokyo memiliki anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) lebih dari 60 miliar dolar setahunnya, sementara penduduk yang tinggal di sana memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih tinggi dari Indonesia secara keseluruhan.

(P012)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013