Changchun (ANTARA) - Populasi harimau dan macan tutul liar di Taman Nasional Harimau dan Macan Tutul China Timur Laut terus mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Kepala Administrasi aman Nasional Harimau dan Macan Tutul China Timur Laut Duan Zhaogang, saat ini ada sekitar 70 harimau Siberia liar dan sekitar 80 macan tutul Amur liar yang hidup di area taman nasional itu. Pada 2023 saja, 20 bayi harimau dan 15 bayi macan tutul telah lahir di sana.

Jangkauan penyebaran kucing besar itu terus meluas hingga mencapai tepi paling barat taman tersebut, dengan habitat mereka mencakup lebih dari 11.000 kilometer persegi, sekitar 80 persen dari total luas area taman nasional itu.

Taman yang dibentuk berdasarkan 19 cagar alam sebelumnya itu memulai tahap percontohan pada Agustus 2017 sebagai salah satu dari lima taman nasional pertama di China dan resmi didirikan pada 2021.

Dalam beberapa tahun terakhir, taman nasional tersebut telah menjalani proyek restorasi habitat untuk mereklamasi dan merestorasi 2.200 hektare lahan hutan, serta melakukan patroli antiperburuan liar guna menjamin lingkungan ekologis yang berkualitas tinggi, ujar Duan.

Populasi harimau dan macan tutul mengalami percepatan pemulihan, ungkap Duan.

Pada 2015, populasi harimau Siberia liar dan macan tutul Amur liar di China masing-masing berjumlah 27 dan 42 ekor. Tingkat kelangsungan hidup bayi harimau Siberia dan macan tutul Amur liar di taman nasional tersebut telah meningkat dari 33 persen pada 2015 menjadi hampir 50 persen saat ini.

Harimau Siberia, yang juga dikenal sebagai harimau Amur, sebagian besar hidup di Timur Jauh Rusia dan China timur laut. Sebagai salah satu spesies paling terancam punah di dunia, jumlah harimau Siberia di alam liar saat ini diyakini sekitar 500 ekor.

Macan tutul Amur, yang juga dikenal sebagai macan tutul Timur Jauh, juga merupakan salah satu spesies kucing besar yang paling terancam punah di dunia.

Untuk meningkatkan keharmonisan antara manusia dan alam, taman nasional tersebut telah menetapkan mekanisme kompensasi untuk kerusakan margasatwa, menghabiskan lebih dari 28 juta yuan (1 yuan = Rp2.209) atau sekitar 3,94 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.944) untuk menangani kerugian dan cedera yang disebabkan oleh satwa liar. Taman itu juga telah mengeluarkan peringatan secara aktual untuk penampakan hewan besar dan menggunakan sensor getaran serat optik serta penghalang fisik untuk mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar.

Selain itu, taman nasional tersebut juga menghentikan semua operasi penambangan dan memulai budi daya hasil hutan khusus, yang melibatkan warga setempat sebagai penjaga ekologi.

Upaya-upaya itu tidak hanya telah meningkatkan jumlah harimau dan macan tutul, tetapi juga meningkatkan populasi mangsanya, seperti rusa sika, babi hutan, dan kijang, hingga dua kali lipat. Penampakan burung langka seperti bangau putih dan bangau tengkuk putih juga telah terlihat di taman tersebut untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, kata Duan.

Duan menjelaskan bahwa taman nasional tersebut akan terus memperkuat upaya perlindungan dan pengelolaannya, serta berusaha untuk terus mengeksplorasi cara-cara mewujudkan hidup berdampingan yang harmonis antara manusia dan alam.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024