Jakarta (ANTARA News) - "Sebenarnya ada berjuta-juta alasan rakyat untuk mencintai Pak Harto, bukan beribu-ribu, seperti judul buku ini," kata Ismail Saleh SH, Menteri Kehakiman di era Presiden Soeharto.
Ismail Saleh memberikan komentar singkat tersebut dalam peluncuran buku berjudul "Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto" yang berlangsung di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), di Jakarta, Rabu sore.
Sebagai mantan menteri dan pernah lama menjadi Kepala Kejaksaan Agung RI, Ismail Saleh -- yang dikenal dekat dengan Presiden RI periode 1966-1998 -- menyempatkan hadir pada peluncuran buku tersebut sekaligus memberi komentar singkat, meskipun mengaku sedang kurang enak badan.
Buku setebal 364 halaman yang diterbitkan oleh PT Jakarta Citra itu ditulis bersama oleh Dewi Ambar Sari dan Lazuardi Adi Sage, keduanya adalah wartawan, bermaksud mengungkapkan sisi baik tentang Soeharto yang membuatnya dicintai rakyat.
"Selamat kepada Anda berdua yang telah dengan berani menulis alasan-alasan orang mencintai Soeharto. Seharusnya, anda juga menulis alasan-alasan orang membencinya," kata Sys NS, selebritas yang menjadi politisi itu.
Menurut Sys, kedua penulis itu sebaiknya juga menulis buku serupa tentang para mantan Presiden dan Presiden RI yang tengah memimpin.
"Jika bisa digali dan ditulis, apakah rakyat mencintai atau membenci presidennya, maka kita akan tahu. Kalau dicintai, mari kita dukung, tetapi jika dibenci, mari kita turunkan," katanya bersemangat.
Sejumlah tokoh yang juga hadir serta memberikan komentar mengenai buku tersebut, antara lain mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Wiranto, mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier, dan aktris Mieke Widjaja.
Wiranto, yang pernah bertahun-tahun menjadi ajudan Presiden Soeharto, mengaku banyak belajar dari gaya kepemimpinan Soeharto atas anjurannya sendiri.
"Pada awal tugas saya, Pak Harto pernah berkata bahwa sebagai ajudan saya bisa menjadi tempat sampah, dalam arti jika beliau marah, tentu tidak akan melemparnya kepada rakyat tetapi mula-mula pada ajudan," ujar WIranto.
Ia pun menimpali, "Namun ajudan punya kesempatan banyak untuk belajar karena bisa ikut membaca surat-surat dan juga punya kesempatan untuk mendengar semua pembicaraan presiden."
Wiranto mengaku, banyak belajar dan mencatat hampir semua hal yang dipelajarinya dari masa-masa ketika mendampingi Soeharto.
"Satu hal yang berkesan bagi saya, beliau selalu memperhatikan kepentingan rakyat kecil. Contohnya adalah dari hal-hal sederhana, misalnya berangkat ke kantor pukul sembilan pagi, lebih siang dari kebiasaan jam kerja, alasannya karena memikirkan kepentingan pemakai jalan yang kemungkinan bisa terlambat jika kendaraan mereka dihentikan saat mobil presiden lewat," ujar Wiranto.
Sementara itu, Fuad Bawazier mengamati Soeharto sebagai pribadi yang suka mendengar orang lain, sehingga dapat menyerap serta belajar banyak dari orang lain.
"Pada masa awal kepemimpinannya, Pak Harto selalu mencatat setiap penjelasan para ekonom Indonesia, tetapi lama-lama Pak Harto semakin berkurang mencatat dan keadaan berbalik karena para ekonom yang ganti mencatat saran-saran Pak Harto, bahkan seringkali beliau mengatakan bahwa semua sarannya bersumber dari para ekonom itu sendiri," ujar Bawazier.
Sedangkan, Mieke Widjaja pun mempunyai kesan dan kenangan indah dari Soeharto, yang ternyata menggemari serial televisi "Losmen" yang dimainkan oleh Mieke Widjaja dan sejumlah artis lain, seperti Mang Udel, Mathias Muchus, dan Dewi Yull atas arahan Tatiek Malyati Wahyu Sihombing.
"Kami pernah diundang untuk tampil khusus di Taman Mini, dan itu sangat berkesan, serta menjadi kenangan indah hingga sekarang," kata Mieke, yang berperan sebagai Bu Broto dalam serial "Losmen".
Banyak cinta
Buku "Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto" itu merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari buku berjudul "Beribu Alasan Kita Mencintai Pak Harto" karya penulis yang sama, dan diluncurkan sebagai kado ulang tahun Pak Harto pada Juni 2006.
"Sejujurnya, sebagai mahasiswa pada tahun 1998 saya berada di tengah-tengah mahasiswa lain ikut berdemonstrasi menuntut Pak Harto untuk turun dari jabatannya. Pada saat itu kami ingin ada perubahan yang baik bagi negara," kata Dewi Ambar Sari, salah seorang penulisnya.
Dewi mengaku merasa nelangsa dan sedih ketika setelah bertahun-tahun Soeharto lengser masih mendengar dan melihat banyak orang menghujat Soeharto.
Terusik mencari jawaban apakah memang Soeharto seburuk itu dan apakah tidak ada sisi baik yang bisa diungkap dari seorang pemimpin sekaliber Soeharto, maka Dewi mencari data, membaca, berdialog dengan banyak orang untuk mencari tahu.
"Saya lalu mencoba mengumpulkan data dan informasi, pandangan masyarakat mengenai Pak Harto. Hasilnya membuat saya terperangah, karena ada banyak orang yang mencintainya, menghormatinya dan kagum padanya," demikian pengakuan Dewi.
Sementara itu, Lazuardi Adi Sage dalam kata pengantarnya mengaku yakin bahwa lebih banyak orang yang menghormati dan mencintai Soeharto ketimbang mereka yang menistanya.
Dalam buku tersebut, Ambar dan Lazuardi memuat komentar rakyat dari berbagai lapisan dan penjuru negeri, selain juga memuat biografi, dan memuat foto-foto kegiatan dan kehidupan Soeharto, Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan yang pernah memimpin Indonesia selama 32 tahun.
"Demi menjaga stabilitas keamanan beliau berani bertindak tegas," komentar H. Ramli(65), pengusaha di Tangerang, Banten.
"Pak Harto mampu mencetuskan ide-ide cemerlang, sehingga bisa menarik simpati rakyat kecil, contohnya dengan memperhatikan masalah sandang dan pangan bagi rakyat kecil," kata Ruli Rinaldi (23), salah seorang mahasiswa di Jakarta yang juga berkomentar di buku itu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006