Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Lucia Rizka Andalusia mengatakan data genomik itu dapat melihat bagaimana kondisi kesehatan di Indonesia.
"Kami tidak hanya mengumpulkan spesimen saja tetapi juga harus dilengkapi dengan data klinis agar nanti dapat melakukan analisis bioinformatic antara data genomik dan informasi klinis yang ada," ujarnya saat ditemui di Universitas Yarsi, Jakarta, Jumat.
Rizka menuturkan ribuan data genomik yang dikumpulkan oleh Biomedical and Genome Science Initiative (BGSI) tersebut untuk diagnosis dan pemantauan penyakit-penyakit prioritas, seperti kanker, diabetes, maupun tuberkulosis.
Menurutnya, data itu bukan hanya sekedar sampel dilakukan sequensing DNA tetapi juga data akhir yang harus dipautkan bioinformatic guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk kualitas data kesehatan.
"Kementerian Kesehatan sekarang sedang mengembangkan kedokteran presisi berbasis genomik. Kami tidak eksklusif, kami inklusif, seluruh stakeholders bisa tergabung di dalam kegiatan ini," kata Rizka.
Baca juga: Komisi IX minta alat antropometri terdistribusi ke semua posyandu
Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal mengatakan jumlah data genomik yang berkualitas harus terus bertambah agar memudahkan berbagai penelitian penyakit di masa depan.
"Kalau kita sudah punya profil genetik yang banyak bisa dipakai untuk berbagai penelitian lanjutan karena data itu nanti menjadi rujukan. Profil orang Indonesia semakin banyak, maka semakin mudah kita memprediksi penyakit-penyakit apa yang nanti akan menjangkiti," ucapnya.
Baca juga: Kemenkes tekankan investigasi kontak guna memutus rantai penularan TBC
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024