Lubuk Basung,- (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menyosialisasikan penanganan konflik satwa jenis harimau sumatera dengan manusia kepada warga yang tinggal di daerah rawan terjadinya konflik di Marambuang, Nagari (Desa) Baringin, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Jumat.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar Antonius Vevri didampingi Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar Rusdiyan P Ritonga di Lubuk Basung, Jumat, mengatakan sosialisasi yang diikuti puluhan warga itu diadakan di Masjid Al Irsyad Marambuang, Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan.
"Sosialisasi itu kita lakukan setelah melaksanakan shalat Jumat dan ini merupakan permintaan dari wali jorong setempat untuk melindungi warga dan satwa," katanya.
Ia mengatakan Nagari Baringin tersebut merupakan rawan konflik satwa dengan manusia karena berada di daerah penyangga kawasan Cagar Alam Maninjau.
Baca juga: BKSDA Sumbar turunkan tim tangani konflik harimau mangsa ternak
Untuk itu, ia berharap warga bisa berbagi ruang atau waktu dengan satwa dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Satwa tersebut aktif pada pukul 16.00 WIB sampai 08.00 WIB dan warga diharapkan tidak melakukan aktivitas pada jam tersebut, melakukan kegiatan secara bersama-sama, mengandangkan ternak, dan lainnya.
"Kalau satwa aktif pada jam itu, maka warga melakukan aktivitas sebelum jam aktif satwa. Ke depan potensi konflik bakal terjadi dan butuh dukungan dari masyarakat agar bisa meminimalisir konflik tersebut," katanya.
Baca juga: BKSDA Sumbar tangani lima konflik satwa liar di dua kabupaten
BKSDA Sumbar melakukan penanganan konflik satwa melibatkan Tim Pagari Baringin. Penanganan dimulai dari identifikasi jejak, cakaran, kotoran, pemasangan kamera jebak, penghalauan sampai memasang kandang jebak.
"Kita telah memasang satu unit kandang jebak di Marambuang dan satu unit kandang jebak di Pasia Laweh, Kecamatan Palupu, karena di Pasia Laweh juga ada konflik dengan satwa individu yang sama," katanya.
Salah seorang warga Marambuang Pakiah Sakti menambahkan bahwa konflik tersebut sangat mengganggu masyarakat beraktivitas di kebun, karena warga ketakutan dan ditambah ada ternak warga dimangsa satwa liar itu.
Baca juga: BKSDA Sumbar latih warga Agam tangani konflik dengan satwa
"Kami berharap pemerintah melalui Dinas Sosial dapat mengalokasikan dana untuk membantu masyarakat yang terdampak akibat konflik ini terutama yang ternaknya jadi korban bisa mendapatkan kompensasi," katanya.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024