Beijing (ANTARA) - Beberapa media Barat meyakini bahwa keputusan pemerintah Amerika Serikat pada Selasa (14/5) untuk menaikkan tarif impor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) China, dari sekitar 25 persen menjadi 100 persen, akan merugikan AS sendiri.

Keputusan itu, menurut mereka, akan merugikan tujuan iklim, daya saing industri, dan kepentingan konsumen AS.

"Konsumen AS sebagian besar belum menyadari betapa bagus dan murahnya mobil listrik buatan China, dan kenaikan tarif baru ini akan membuat mereka tidak menyadari hal itu," menurut artikel majalah Foreign Policy yang diterbitkan pada Selasa.

"Bagaimanapun, warga Amerika akan lebih lambat untuk beralih ke EV jika mereka hanya memiliki pilihan yang mahal."

Analisis majalah The Economist pada Selasa menganggap "produsen dalam negeri AS mungkin juga merasa kurang mendapat insentif untuk mengembangkan barang murah dalam jangka panjang, karena mengetahui bahwa mereka terlindung dari persaingan asing."

"Di balik tembok tarif 100 persen, para pejabat dan bos perusahaan Amerika akan memiliki lebih sedikit urgensi untuk memberikan jawaban," menurut analisis tersebut.

Sementara itu pada Selasa, Reuters menulis bahwa rencana pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mengenakan tarif baru yang berat pada kendaraan dan baterai listrik China akan memberikan perlindungan sementara bagi lapangan kerja di sektor otomotif AS.

Langkah itu, menurut laporan Reuters, berpotensi merugikan upaya Gedung Putih --kantor presiden AS-- untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik AS dalam upaya memerangi perubahan iklim.

Menurut laporan tersebut, para eksekutif industri dan beberapa analis percaya bahwa perang dagang teknologi bersih antara Amerika Serikat dan China juga dapat meningkatkan biaya EV, baterai, dan perangkat keras EV lainnya.

Akibatnya, harga EV secara keseluruhan tetap tinggi.

"Jika General Motors, Ford, dan Stellantis tidak harus bersaing dengan perusahaan asing yang memproduksi mobil listrik, mereka tidak akan memproduksi," kata Daniel Becker dari Center for Biological Diversity.

Center for Biological Diversity adalah sebuah organisasi lingkungan yang mendesak pemerintahan Biden untuk membuat kebijakan iklim yang lebih kuat.

"Pasar akan beralih ke (produsen mobil listrik China) BYD," kata Becker, menambahkan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024