Peluang dari investasi hijau di Indonesia hingga tahun 2030 sangat besar.
Jakarta (ANTARA) - Cluster CEO Indonesia and ASEAN Markets (Australia, Brunei and the Philippines) Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donosepoetro menyatakan Indonesia merupakan spotlight bagi para investor global.
“Indonesia kan spotlight buat global investors, baik (dalam hal) foreign direct investors/FDI (investasi asing langsung) maupun juga capital market (pasar modal) atau equity investors (investor ekuitas),” kata Rino, dalam “Media Roundtable Bersama Standard Chartered Indonesia”, di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis.
Pihaknya disebut akan terus mendorong masuknya FDI dengan mengandalkan jaringan internasional, antara lain Standard Chartered di seluruh negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), India, Bangladesh, Sri Langka, Nepal, dan Timur Tengah.
China, Korea dan Jepang yang memiliki hubungan bisnis dengan Indonesia juga menjadi fokus pertumbuhan bisnis bagi Standard Chartered.
Peran yang dijalankan pihaknya diistilahkan sebagai fungsi intermediasi dengan mengalirkan modal dari Global North ke emerging markets, dalam hal ini Indonesia.
“Jadi facilitating the flow of capital dari Global North ke Indonesia, terutama untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur, downstreaming (hilirisasi) dan Indonesia net zero emission (emisi nol) di 2060 atau hopefully bisa di-accelerate lebih cepat,” ujar Rino.
Fokus kedua dari Standard Chartered di sisi bisnis Corporate and Investment Banking (CIB) ialah berfokus pada upaya transisi menuju target emisi nol dan keuangan berkelanjutan.
Standard Chartered Indonesia dinyatakan bakal terus mendukung korporasi lokal dan badan usaha milik negara (BUMN) dalam transisi menuju emisi nol, sejalan dengan ambisi pihaknya untuk memobilisasi pendanaan berkelanjutan sebesar 300 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Salah satu bentuk dukungan yang diberikan adalah pembiayaan proyek seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata berkapasitas 145 MWac (megawatt alternating current) di Jawa Barat.
Standard Chartered sudah pula melakukan berbagai inisiatif pembiayaan berkelanjutan, di antaranya memberikan fasilitas pinjaman kepada perusahaan manufaktur kendaraan listrik untuk memfasilitasi produksi kendaraan listrik di dalam negeri dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PPLTS).
Kemudian terlibat dalam empat transaksi Repurchase Agreement (Repo) dengan Bank BUMN sejumlah 150 juta dolar AS dan Rp2,5 trilliun. Fasilitas repo ini mendukung penyediaan likuiditas dolar AS untuk pembiayaan terkait ESG (Environmental, Social, and Governance) di Indonesia.
Menurut dia, peluang dari investasi hijau di Indonesia hingga tahun 2030 sangat besar.
Berdasarkan laporan terbaru berjudul “The Southeast Asia’s Green Economy 2024” yang diterbitkan oleh Standard Chartered, bekerja sama dengan Bain & Company, GenZero, dan Temasek, Indonesia mengalami peningkatan stabil sebesar 28 persen dalam investasi ramah lingkungan swasta pada tahun 2023.
Laporan itu, juga membahas berbagai kesempatan investasi hijau di Indonesia. seperti infrastruktur untuk mobil listrik, pelestarian hutan, tanah gambut, serta blue carbon mangrove restoration.
Pembahasan terkait kemajuan yang terlihat di Indonesia dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan peluncuran JETP-CIPP (Just Energy Transition Partnership-Comprehensive Investment and Policy Plan) yang menguraikan prioritas dan rencana pendanaan untuk implementasi JETP juga diungkapkan dalam laporan tersebut.
“Jadi buat kita, green transition atau transisi itu very important part. Jadi, walaupun kita fokus pada keberlanjutan, tapi bagi pasar-pasar yang berkembang di dunia, transisi itu sangat kritikal untuk memastikan transisi energi yang just and affordable di negara-negara tersebut (emerging markets), seperti di Indonesia,” ujar dia.
Pada sisi konsumen, pihaknya telah mengalihkan fokus bisnis perbankan ritel ke digital partnership, selagi terus mengembangkan layanan wealth management, priority banking, serta bisnis corporate banking di Indonesia.
Strategi ini disebut menunjukkan hasil menjanjikan, tergambar dari besaran transaksi harian untuk pinjaman digital yang naik secara signifikan hingga mendekati 1 juta dolar AS per hari.
Selain itu, portfolio digital loan balance Standard Chartered meningkat sebanyak empat kali lipat di tahun 2023, dan diproyeksikan akan tumbuh lebih lanjut sebesar empat kali lipat lagi pada tahun ini.
“Dengan digitizing things, kita open up the opportunity ke area di mana kita tidak punya direct physical coverage,” ujar Cluster CEO Indonesia and ASEAN Markets (Australia, Brunei and the Philippines) Standard Chartered Bank Indonesia itu pula.
Baca juga: Standard Chartered: Ekonomi RI masih berada dalam siklus ekspansi
Baca juga: Standard Chartered perkirakan ekonomi Indonesia 2024 tumbuh 5,1 persen
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024