Surabaya, (ANTARA News) - Setelah beberapa waktu lalu melakukan aktivitas melukis bersama dengan penghuni rumah sakit jiwa Menur, Cak Kandar kembali menampilkan ide uniknya, yakni berkolaborasi dengan seekor orang utan di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Rabu (30/8).
Cak Kandar yang pernah dikenal sebagai pelukis bulu itu, memulai kegiatannya sekitar pukul 09.25 dan berakhir sekitar pukul 10.05 WIB di dekat lokasi kera.
Meskipun sehari sebelumnya sudah diajak melukis oleh Cak Kandar, namun orang utan bernama Tesy (11 tahun) itu, tidak terlalu bebas mengekspresikan perasaannya lewat kanvas.
Setelah diberi kuas, awalnya Tesy langsung mencelupkan ke cat air yang telah disediakan. Tesy kemudian memoles-moleskan kuas itu ke kanvas yang telah dipersiapkan, kemudian diikuti dengan aktivitas serupa oleh Cak Kandar.
Namun beberapa saat kemudian, Tesy mulai tidak konsentrasi dan menoleh ke arah fotografer yang berusaha mengabadikan kegiatan satwa tersebut. Bahkan beberapa kali Tesy menjilat cat yang sudah ada di ujung kuas.
Aksi itu cukup merepotkan Cak Kandar dan pawangnya yang berusaha membersihkan mulut Tesy karena berisi cat. Karena dianggap jenuh, beberapa saat Cak Kandar berhenti melukis dan mengajak Tesy untuk bercakap-cakap.
Setelah itu, Cak Kandar mengajak Tesy kembali melukis. Beberapa saat Tesy mau menuangkan ekspresinya ke kanvas, namun beberapa saat kemudian terlihat malas dan hanya menoleh ke arah wartawan foto di sampingnya.
Orang utan itu kembali berusaha untuk menjilat ujung kuas, namun berhasil dicegah. Bahkan setelah aktivitas kolaborasi itu selesai, Tesy berusaha untuk menyentuh cat di kanvas dan menjilatnya.
"Ia rupanya sulit konsentrasi karena banyak yang melihat, padahal kemarin bisa konsentrasi dengan melukis sampai satu jam. Tapi kemarin ia melukis sendiri, sebagai pengenalan agar hari ini tidak bermasalah," papar Cak Kandar.
Mengenai hasil lukisannya, Cak Kandar meminta wartawan untuk menafsirkan sendiri, karena bentuknya memang sangat abstrak. Secara umum ia menilai bahwa ekspresi binatang memang akan selalu abstrak, karena keterbatasan akalnya.
"Lukisan itu saya serahkan ke KBS untuk dikoleksi. Biasanya kalau pelukisnya sudah meninggal harganya jadi mahal. Mudah-mudahan sewaktu-waktu lukisan ini memiliki nilai," ujarnya.
Ia mengemukakan, ide dasar menggelar kolaborasi dengan orang utan itu, karena ia ingin menanggalkan rasionalitasnya dalam melukis. Karena itu, sebelumnya ia mengajak penghuni rumah sakit jiwa untuk melukis bersama.
"Tapi orang di rumah sakit jiwa itu juga masih memiliki rasionalitas, meskipun ada yang tidak rasional juga. Akhirnya saya berpikir keras, dan ketemulah dengan orang utan yang kalau menurut teori Darwin itu merupakan asal muasal kita," katanya.
Ia mengemukakan, dirinya ingin meninggalkan rasionalitas karena akal itu banyak menipu dan penuh rekayasa. Lewat seni yang menanggalkan akal itu, dirinya ingin mengasah kepekaan jiwanya terhadap hal-hal yang humanis.(*)
Copyright © ANTARA 2006