Pontianak, Kalbar (ANTARA) - Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar menyebutkan sebanyak 420 pekebun sawit mendapat program penguatan sumber daya manusia (SDM) mulai dari sisi manajemen hingga teknis untuk lebih memajukan petani swadaya.
"Dari 420 pekebun sawit swadaya itu tersebar di dua kabupaten yakni Bengkayang dan Sekadau masing-masing untuk 210 pekebun. Kegiatan ini dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar Heronimus Hero di Pontianak, Kalbar, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa dalam program tersebut terdapat 15 lembaga pelatihan yang bekerja sama dengan BPDPKS yang bisa dipilih pekebun.
"Pekebun nanti tinggal jenis pelatihan apa yang dibutuhkan untuk memperkuat pekebun yang ada saat ini. Ke depan, hasil pelatihan bisa dievaluasi mulai kelembagaan, teknis, dan lainnya apakah ada kemajuan atau lainnya," jelas dia.
Ia menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan penyaluran dana pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit ini adalah tahun kedua setelah sebelumnya Provinsi Kalbar masuk dalam 17 dari 38 provinsi di Indonesia yang mengemban amanat untuk kegiatan tersebut.
"Sebagaimana kita ketahui Kalbar bukanlah sekadar nama provinsi, namun sebuah tanah yang kaya akan potensi sumber daya alam, terutama dalam sektor perkebunan dan peternakan. Dalam hal ini, kelapa sawit memiliki peranan yang sangat vital dan tercatat sebagai salah satu sentra kelapa sawit terbesar di Indonesia," kata dia.
Berdasarkan Pergub Kalbar No 159/2021 telah dialokasikan target luas masing-masing komoditas binaan perkebunan Kalbar yang mana dari 14 komoditas terdapat enam unggulan yaitu kelapa sawit, karet, kelapa, lada, kakao, dan kopi.
"Khusus untuk kelapa sawit dari target luas sekitar 3,8 juta hektare, saat ini sudah terbit sebanyak 370 IUP dengan total luas 3,1 juta hektare. Adapun realisasi tanaman sampai dengan tahun 2023 seluas 2.056.096 hektare dengan potensi produksi sebanyak 7,7 juta ton CPO dan PK. Berdasarkan kepemilikannya terbagi atas 1,4 juta hektare atau 70,960 persen perkebunan besar dan 597 ribu hektare atau 29,0492 persen perkebunan rakyat (swadaya)," jelas dia.
Ia menambahkan dari data itu menandakan potensi luar biasa yang dimiliki oleh provinsi ini dalam mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit.
Namun, di balik potensi yang besar itu, masih terdapat tantangan yang perlu dihadapi bersama yakni kesejahteraan petani masih perlu mendapat perhatian.
Rendahnya tingkat kesejahteraan petani itu merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi yang antara lain adalah tingkat pengetahuan dan keterampilan yang masih rendah.
Selain itu, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha juga menjadi tantangan yang perlu diatasi. Banyak petani pekebun sawit di wilayah perbatasan masih belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai praktik pertanian yang baik dan efisien, serta kurangnya keterampilan dalam mengelola usaha dan memanfaatkan teknologi moderen. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan juga para petani sendiri.
"Kembali, dengan program yang ada yakni penguatan SDM mulai manajerial dan teknis bisa menjadi solusi untuk menjawab tantangan yang ada," kata dia.
Pewarta: Dedi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024