Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Sandiaga S Uno, menganggap saat ini Indonesia belum sepenuhnya siap menyongsong Pasar Tunggal ASEAN 2015. "Ada tiga faktor yang menyebabkan Indonesia belum sepenuhnya siap. Yang pertama adalah tingginya pajak dan pungutan, perkembangan investasi yang belum optimal, kesiapan birokrasi dan masyarakat, serta kondisi infrastruktur dan sumber daya manusia yang kurang memadai," katanya di Jakarta, Rabu. Menurutnya, dengan pasar tunggal ini, produk Indonesia murni bersaing dengan produk negara-negara ASEAN lainnya. Produk Indonesia akan sulit bersaing dengan produk murah atau berkualitas jika pajak dan pungutan masih tinggi. Selain itu, ia mengatakan Indonesia masih memiliki persoalan dalam birokrasi yang masih korup, infrastruktur yang jelek yang menghambat produksi dan distribusi sehingga melemahkan daya saing. "Kita sebenarnya memiliki produk-produk unggulan terutama di sektor yang berbasis sumber daya alam dan pariwisata, namun belum optimal. Pemerintah dan dunia usaha harus bekerjasama, tetapi pemerintah dan dunia usaha berbeda pendapat mengenai sektor yang akan diunggulkan. Pemerintah lebih ambisius dengan bermain di banyak sektor, sementara dunia usaha bersikap lebih realistis," katanya. Ia optimistis Pasar Tunggal ASEAN yang akan berlangsung mulai 2015, lima tahun lebih cepat dari kesepakatan awal 2020, dapat memberikan manfaat bagi Indonesia dan membuka peluang bagi pengusaha untuk melakukan terobosan menghadapi pasar. Untuk itu, pemerintah diharapkan mampu meningkatkan pelayananan dan keamanan dan membuat kebijakan ekonomi yang mendorong dunia bisnis "Misalnya saja, penyediaan fasilitas pembiayaan ekspor dengan tingkat bunga kompetitif yang ditawarkan institusi perbankan nasional. Dengan fasilitas pembiayaan ekspor yang murah itu dengan sendirinya akan mengurangi `cost of fund` (biaya dana) yang harus ditanggung perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor," katanya. Menurutnya, berbagai fasilitas murah yang tersedia seperti kredit ekspor akan meningkatkan daya saing produk ekspor nasional. Karena itu, fasilitas-fasilitas seperti perpajakan, bea masuk, kredit berbunga rendah, dan kemudahan perizinan seharusnya menjadi menu harian. "Seharusnya ekspor bisa menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi pada saat peran investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, masih sulit diharapkan," katanya. Ia berharap pasar tunggal akan mengurangi kesenjangan antar negara ASEAN. "Tren blok perdagangan telah terjadi, sebagaimana di Eropa dan Amerika, kita pun tentu berharap bisa membangun blok perdagangan di ASEAN. Saya yakin kita bisa mendapatkan manfaat dari Pasar Tunggal ini, tentunya dengan persiapan dini," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006