Solusi yang telah kami berikan pemerintah mendefinisikan vokasi di dalamnya sekaligus kewirausahaan.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Warsito menilai, sistem pendidikan vokasi saat ini perlu disertai dengan pembelajaran kewirausahaan untuk menekan angka pengangguran di antara lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).
"Nah ini tentu perlu adaptasi dalam konteks kompetensi dan seterusnya, maka solusi yang telah kami berikan pemerintah mendefinisikan vokasi di dalamnya sekaligus kewirausahaan," kata Warsito, usai acara Dialog Nasional yang bertajuk 'Pengembangan Keterampilan dan Situasi Ketenagakerjaan Sektor Elektronik Indonesia", di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2024 jumlah angkatan kerja di Indonesia tercatat 149,38 juta atau naik 2,76 juta, dan yang bukan angkatan kerja tercatat 64,64 juta atau turun 350 ribu orang.
Dari jumlah tersebut, total orang yang telah bekerja sebanyak 142,18 juta orang atau naik 3,55 juta orang dari Februari 2023. Sedangkan pengangguran turun 790 ribu orang menjadi 7,2 juta orang pada Februari 2024.
Dari segi jenjang pendidikan, jumlah pengangguran terbanyak berasal dari SMA dan SMK. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tamatan SMK tercatat sebesar 8,62 persen.
Menurut Warsito, kontradiksi tersebut disebabkan karena industri besar di Indonesia tergolong masih sedikit, sehingga belum mampu menyerap banyak tenaga kerja lulusan SMK.
Ia mengatakan tenaga kerja yang terserap di industri besar hanya mencakup sekitar 4-5 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Sedangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) justru menyerap 96 persen tenaga kerja Indonesia.
"Di Indonesia karena tenaga kerja yang di industri besar itu hanya mencakup sekitar 4-5 persen, sementara yang di UMKM itu sampai 93-96 persen. Persentasenya lebih banyak di UMKM, sehingga sebenarnya masalahnya bukan semata-mata kompetensi," ujarnya lagi.
Oleh karena itu, Warsito menilai sistem pendidikan vokasi perlu membekali para siswa tak hanya kemampuan hardskill, melainkan softskill dan kewirausahaan agar dapat lebih beradaptasi di sektor yang potensial seperti UMKM.
"Idealnya misalnya saya ambil contoh, ada lulusan SMK bidang otomotif. Dia memiliki keterampilan itu, tapi dia dilengkapi dengan kemampuan manajerial, kemampuan memasarkan, kemampuan branding, dia lulus, bisa buka bengkel. Buka bengkel beda dengan pekerja di bengkel," ujarnya.
Lebih lanjut, Warsito juga menilai pentingnya terus mengembangkan bidang pendidikan dengan menggelontorkan dana untuk riset agar mampu menciptakan inovasi pendidikan yang adaptif di sektor elektronik.
Baca juga: Menaker: Program Pelatihan kewirausahaan Kemnaker terbuka bagi UMKM
Baca juga: Pembenahan sektor ketenagakerjaan melalui vokasi dan kewirausahaan
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024