"Jadi Oktober akan ada pameran repatriasi besar, semuanya, termasuk yang sekarang sedang jalan pengembaliannya. Kalau isunya, teman-teman sudah paham ya. Jadi di Amerika (Serikat)-lah itu tadinya," kata Pelaksana tugas Kepala BLU MCB (Indonesian Heritage Agency/IHA) Ahmad Mahendra di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Kamis.
Menurut Mahendra, artefak dari zaman kerajaan nusantara yang diselundupkan ke AS oleh penjahat itu akan sangat berharga bagi peradaban di Indonesia.
Baca juga: BRIN prediksikan valuasi artefak milik Indonesia bernilai Rp20 triliun
Baca juga: Menyambut kembalinya kepingan memori Indonesia dari Belanda
Apalagi, melihat nilai keseluruhannya mencapai 405.000 dolar AS (berdasarkan unggahan akun Instagram Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York, akhir April lalu).
Pameran repatriasi benda cagar budaya akan dilaksanakan kembali oleh BLU MCB (Indonesian Heritage Agency/IHA) setelah sebelumnya pernah digelar serupa dengan tema "Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara”, akhir 2023.
Sejumlah benda bersejarah ditargetkan untuk dapat menambah koleksi pameran itu, di antaranya yang dipastikan kembali atau sudah kembali dari Belanda sebanyak 472 koleksi.
Menurut Mahendra, kabar terakhir dari tim repatriasi menyebutkan ada empat lagi arca yang sedang dimintakan Indonesia kepada Belanda, karena nilai sejarahnya sangat luar biasa.
"Ada empat lagi arca yang sedang dimintakan, tapi tetap target-target semula seperti Java Man, itu juga harus bisa kembali (ke tanah air). Karena mereka (Belanda) masih tarik-ulur, kami masih usaha terus," kata Mahendra.
Selain itu, ada juga tongkat Pangeran Diponegoro. Mahendra mengatakan pameran nanti merupakan wujud keseriusan Indonesian Heritage Agency dalam mempersiapkan pengelolaan benda-benda bersejarah hasil repatriasi.
Baca juga: AS kembalikan tiga benda cagar budaya Indonesia
Baca juga: 248 artefak diboyong ke Brusel untuk festival Europalia Indonesia
Baca juga: 589 koleksi Museum Nasional berhasil diidentifikasi
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024