Washington (ANTARA News) - Dalam sebuah terobosan ilmiah yang dapat membantu perburuan lubang hitam di antariksa, sebuah tim yang dipimpin oleh astronom kelahiran India telah melakukan penghitungan energi paling akurat yang pernah dibuat untuk atom dan sifatnya. Anil Pradhan, profesor astronomi senior di Universitas Ohio, dan suatu tim peneliti menggunakan supercomputer untuk penghitungan yang akan membantu "astronom - khususnya yang memburu lubang hitam - untuk memperoleh gambaran yang lebih baik tentang subjek yang mereka amati ketika mereka meneliti benda angkasa luar yang sangat jauh dengan menggunakan teleskop sinar X," tulis buletin Berita Penelitian universitas tersebut, seperti dikutip PTI. Hasil penelitian Pradhan dan teman-temannya muncul dalam edisi September di Jurnal Fisika B: Atom, Molekul dan Fisika Optikal. Jurnal itu memaparkan penelitian fisika atom, teori relativitas, pengamatan astronomi, dan penggunaan komputer super canggih oleh para astronom. "Para astronom telah mengamati lautan atom sangat panas dalam bentuk plasma, mengelilingi pusat dari galaksi yang terang sekali yang disebut inti galaktika aktif. Plasma tersebut diperkirakan merupakan pemberi petunjuk tentang keberadaan lubang hitam; lubang hitam sendiri tidak dapat dilihat, namun materi apapun yang tersedot ke dalamnya pastilah sangat panas dan sangat terang dan bercahaya terang jika dilihat dengan sinar X. Sebelum orang lain bisa membuktikan secara pasti apakah galaksi aktif memiliki lubang hitam atau tidak, para astronom harus mengukur tingkat energi dari atom dalam plasma itu dengan sangat tepat dan mencocokkannya dengan apa yang mereka ketahui tentang fisika atom," demikian penjelasan dalam buletin tersebut. Bukan pekerjaan menyenangkan Meskipun mengakui bahwa memastikan keakuratan data atom bukanlah pekerjaan yang paling menyenangkan dalam asatronomi, Pradhan mengatakan bahwa pekerjaan itu justru sangat penting. "Kebanyakan astronom biasanya percaya begitu saja bahwa data atomik yang mereka jadikan bahan referensi sudah benar - mereka harus percaya, untuk menafsirkan pengamatan mereka," katanya. Pradhan, yang kabarnya telah bekerja dalam masalah ini selama tiga dekade dengan data sinar-X resolusi tinggi baru yang dihimpun oleh Observatorium Sinar X Chandra milik NASA dan Satelit Newton Misi Multi-Cermin Sinar X dari Badan Antariksa Eropa, mengemukakan kerja yang dilakukannya hingga sejauh inilah yang terus memacu dirinya. "Karena mempercayai bahwa pengamatan berkualitas tinggi seperti ini membutuhkan data atomik yang bagus, ia dan timnya - yang juga dipimpin oleh ilmuwan peneliti senior dari Negara Bagian Ohio Sultana Nahar - memutuskan untuk membuat perhitungan atom setepat mungkin," kata buletin itu. Setelah bertahun-tahun menulis kode komputer dan ribuan jam bekerja di Pusat Super Komputer Ohio, mereka mengkalkulasi tingkat energi dari atom bersuhu tinggi dari unsur karbon sampai besi - atom yang ditemukan dalam plasma ini. Diketahui bahwa beberapa nilai yang telah diterima sebelumnya untuk atom ini memiliki tingkat kesalahan sebesar 30 persen sama tingginya dengan faktor dua dan tiga, tetapi perhitungan terbaru dalam penelitian baru-baru ini menunjukkan tingkat kesalahannya telah berkurang menjadi beberapa persen saja. "Ini berarti mulai sekarang, saat para astronom merekam gambar objek di antariksa dengan sinar-X, mereka akan mendapat gambaran yang lebih baik tentang atom-atom apa yang membentuk material yang mereka amati dan kondisi fisik di dalam objek tersebut. "Atom yang paling menarik bagi kebanyakan pemburu lubang hitam adalah besi dan itu merupakan asal muasal teori umum relativitas Eistein," tulis buletin ilmiah itu. (*)

Copyright © ANTARA 2006