Pembicaraan yang telah mencapai hari ketiga mulai membuat kemajuan, tetapi sangat lambat."

Teheran (ANTARA News/AFP) - Dialog teknis antara Iran dan negara kuat dunia terkait cara menerapkan kesepakatan nuklir yang dicapai pada bulan lalu mengalami kemajuan sangat lambat, kata negosiator senior Iran, akhir pekan ini.

Negosiasi yang dimulai pada Kamis (19/12) di Jenewa dipandang sebagai upaya untuk mengulur waktu bagi sebuah solusi diplomatik atas ambisi nuklir Iran yang telah berlangsung selama satu dekade.

"Pembicaraan yang telah mencapai hari ketiga mulai membuat kemajuan, tetapi sangat lambat," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, kepada televisi pemerintah di Teheran.

Araqchi yang tidak menghadiri pertemuan tersebut juga tidak merinci lebih lanjut tentang kemajuan apa yang telah dibuat oleh kedua pihak.

Kantor berita resmi Iran (IRNA) mengutip Araqchi, yang menyebut bahwa negosiasi dapat diperpanjang hingga hari keempat pada Minggu.

Para pakar nuklir menggelar dialog di Wina pekan lalu, namun Iran meninggalkan meja perundingan setelah Washington malah memperluas sanksinya terhadap Teheran.

Iran setuju untuk memulai kembali dialog setelah mendapat "jaminan" dari Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, yang mewakili enam negara kuat dunia bahwa pembicaraan tersebut akan berlangsung dengan rasa saling percaya.

Melalui kesepakatan bersejarah yang dicapai pada 24 November 2013, Iran setuju untuk membekukan sejumlah aktivitas nuklirnya selama kurun waktu enam bulan dengan imbalan mendapat keringanan sanksi dan janji bahwa mereka tidak akan mendapat sanksi baru dari Barat.

Selama periode tersebut, Iran dan enam negara P5+1 (Inggris, Prancis, AS, Rusia, China, dan Jerman) akan berupaya untuk mencari kesepakatan jangka panjang guna menjawab kecurigaan pihak Barat selama terhadap aktifitas nuklir Iran yang dituduh bertujuan militer.

Seteru Iran di kawasan Timur Tengah, Israel, sempat mengancam akan melancarkan serangan terhadap Iran jika mereka tidak menghentikan program nuklir tersebut.

Namun, Iran berkali-kali membantah tuduhan tersebut sekaligus menegaskan bahwa kegiatan pengayaan uranium yang mereka lakukan murni bertujuan untuk menghasilkan energi nuklir dan memproduksi isotop medis.
(Uu.P012)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013