Satu-satunya pihak yang menyatakan dukungan penuh kepada kelompok-kelompok teroris, kepada Al Qaida ialah Arab Saudi

Damaskus (ANTARA News) - Suriah sekarang memandang Arab Saudi sebagai musuhnya nomor satu dan menuduhnya berusaha menghancurkan negara itu karena mempersenjatai para pemberontak yang berperang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Arab Saudi, negara kerajaan yang kaya minyak, telah berpihak kepada oposisi sejak dimulainya konflik di Suriah pada Maret 2011. Riyadh menyerukan Bashar harus digulingkan.

Deputi Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Muqdad mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP pekan ini bahwa Arab Saudi menyediakan dukungan bagi kelompok-kelompok teroris di Suriah sementara negara-negara lain telah meninjau ulang sikap mereka.

"Saya pikir bahwa semua mereka yang mendukung kelompok-kelompok teroris ini sekarang punya perasaan bahwa mereka telah membuat kesalahan besar," kata Muqdad dalam wawancara Kamis, merujuk pada para pemberontak yang berusaha menggulingkan Bashar.

"Satu-satunya pihak yang menyatakan dukungan penuh kepada kelompok-kelompok teroris, kepada Al Qaida ialah Arab Saudi," kata dia.

Muqdad mendesak dunia menekan Arab saudi menghentikan dukungannya bagi para pemberontak, mencegah apa yang dia katakannya "insiden lain 11 September."

"Saya pikir kalau dunia ingin menghindari insiden 11 September lagi mereka harus mulai memeberitahu Arab Saudi 'cukup, cukup'," kata dia merujuk kepada serangan-serangan Al Qaida pada 2011 atas Amerika Serikat.

Awal bulan ini, pemerintahan Bashar mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengambil sikap atas dukungan Arab Saudi bagi para kelompok Islamis yang pengaruhnya meningkat di medan tempur.

"Kami serukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah-langkah perlu untuk mengakhiri aksi rezim Saudi, yang menyokong terorisme tafkiri (ektrimis Sunni) yang terkait Al Qaida," kata kementerian luar negeri dalam satu pesan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.

Hal itu merupakan pernyataan pertama kali dari pemerintah Suriah yang menyerukan kepada dunia internasional untuk mengambil langkah terhadap Riyadh.

"Arab Saudi tidak hanya mengirim senjata dan membiayai tetapi memobilisasi teroris ektrimis dan mengirim mereka membunuh rakyat Suriah," demikian pesan Suriah itu.

Hubungan Suriah-Arab Saudi telah tegang selama bertahun-tahun, lama sebelum konflik brutal yang telah merenggut ditaksir 126.000 korban jiwa.

Kerajaan yang diperintah Sunni itu memutus hubungan diplomatik dengan Damaskus menyusul pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafiq Hariri pada 2005 Februari di Beirut. Hariri memiliki hubungan erat dengan Riyadh.

Empat tahun lalu, hubungan diplomatik dibuka kembali dan Bashar, yang menganut Alawi (sekte Syiah), mengadakan kunjungan resmi ke Riyadh pada Maret 2009.

Raja Abdullah, yang jarang mengadakan lawatan ke luar negeri, membalas kunjungan pada Oktober tahun itu dan menormalkan hubungan kembali kedua negara itu.

Tapi hubungan keduanya memburuk sejak dimulainya perang saudara di Suriah dan akhirnya putus, dengan Riyadh mengulang-ulang seruan bagi diakhirinya rezim Bashar.

(M016)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013