Ambon (ANTARA News) - Ratusan warga di Tual dan Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, saat ini masih bertahan di tempat-tempat pengungsian yang dirasakan lebih aman dari ancaman gelombang tsunami setelah kawasan itu diguncang gempa tektonik berkekuatan 6,4 pada Scalla Rechter pukul 22:38:04 WIT. Wartawan ANTARA News dari Tual, Selasa malam (Rabu dinihari WIT)melaporkan, ratusan anggota masyarakat mengungsi ke dataran yang lebih tinggi seperti Kantor Bupati Malra di kawasan Desa Un dan Kampung Raja serta bukit Masbait. Mereka membawa tikar dan bantal dan sampai saat ini masih tetap bertahan karena merasa khawatir bila kembali ke rumah. "Getaran gempa bumi memang tidak terasa, tapi kepanikan warga mencuat setelah ada pemberitaan salah satu media elektronik swasta nasional yang menyatakan gempa tektonik di Tual berpotensi menimbulkan gelombang tsunami," ujar Mochamad Kabalmae (41), salah seorang warga Tual. Akibatnya penduduk yang menetap di kawasan pesisir pantai merasa sangat khawatir dan secara spontan mengungsi ke dataran yang lebih tinggi seperti Kampung Raja dan kantor Bupati Malra di Desa Un. Hal senada juga disampaikan warga Langgur lainnya, Rulan Masella (52) yang mengaku ikut mengungsi karena khawatir dengan pemberitaan salah satu media elektronik akan terjadi gelombang tsunami. Akibat kepanikan tersebut, sejumlah tukang ojek dan angkot ikut mengeruk keuntungan dengan mematok tarif Rp100.000 hingga Rp200.000 untuk sekali jalan bagi warga yang hendak mengungsi. Selain menggunakan jasa tukang ojek dan kendaraan pribadi, sebahagian masyarakat berjalan kaki mencari tempat perlindungan yang dirasakan lebih aman sambil membawa barang seadanya untuk tidur di tempat pengungsian. Kepala seksi Informasi Badan Meteorolgi dan Geofisika (BMG) Ambon, Bram Mustamu, mengatakan gempa tektonik yang terjadi pada posisi 6,75 LS - 132,03 BT dengan kedalaman 33 Km 146 Km arah Barat Daya Tual itu memang berpotensi tsunami tapi sejauh ini belum ada laporan resmi. "Alat seismograf BMG Ambon juga belum mencatat adanya gempa susulan dan akibat-akibat dari kejadian alam tersebut," ujarnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006