"Fenomena panas saat ini bukanlah gelombang panas," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo dalam forum diskusi Denpasar 12 yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Eko menuturkan kondisi gerah yang sekarang dirasakan masyarakat Indonesia merupakan salah satu hal umum yang terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Baca juga: BRIN: Siang terik dan malam hujan indikasi akhir musim transisi
Baca juga: BPBD: Suhu udara di Babel naik bukan dampak gelombang panas
"Kami mencatat beberapa suhu ekstrem yang sempat terjadi di beberapa wilayah hanya saja tidak ada yang melebih angka 37 derajat Celcius," kata Eko.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa wilayah Indonesia yang terletak di sekitar ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan yang sangat luas membuat negara ini tidak merasakan efek gelombang panas.
Karakteristik dinamika atmosfer Indonesia berbeda dengan daerah yang berada di wilayah lintang tengah dan lintang tinggi. Wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang sangat cepat.
"Perbedaan ini menjadikan wilayah Indonesia tidak mengenal fenomena gelombang panas," papar Eko.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Didi Setiadi memaparkan bahwa gelombang panas adalah fenomena suhu ekstrem yang bertahan selama beberapa hari di suatu tempat.
Baca juga: Pakar anjurkan perbanyak minum air di tengah serangan cuaca panas
Baca juga: Panas ekstrem dapat berdampak pada kesehatan mental
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024