Istanbul (ANTARA) - Kondisi bisnis sedang lesu bagi Ismail Hakki, yang memiliki toko pakaian yang tadinya berkembang pesat di lingkungan Tahtakale di kota tua Istanbul, Turki.

"Bisnis menurun signifikan dibandingkan sebelumnya," ujar Hakki saat menelusuri deretan pakaian diskon di tokonya yang sepi.

"Hanya wisatawan yang datang melihat-lihat, itu pun hanya melihat barang di etalase (window shopping)," kata sang pemilik toko tersebut.

Kesulitan yang dihadapi Hakki mencerminkan kesulitan luas yang mencengkeram Istanbul, pusat ekonomi Turki, di mana inflasi telah melampaui tingkat nasional yang sudah mencekik, yakni 69,8 persen, pada April, menurut Kamar Dagang Istanbul.

"Banyak orang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Di pasar, saya melihat semakin banyak orang hanya membeli satu atau dua kentang atau buah dan sayuran dalam jumlah kecil," kata Hakki

Orang-Orang-orang berbelanja di sebuah pasar di Istanbul, Turki, pada 10 Mei 2024. (ANTARA/Xinhua/Safar Rajabov)

Ferruh Buyukoglu, pemilik toko alat tulis terdekat yang terkenal dengan harganya yang murah, turut mengalami penurunan penjualan di tengah tingginya inflasi. Untuk mengendalikan lonjakan inflasi, Kementerian Perdagangan Turkiye telah mengintensifkan inspeksi nasional, menindak kenaikan harga yang tidak wajar, dan penimbunan barang.

Pada tahun ini saja, kementerian tersebut telah menjatuhkan total denda sebesar 1,9 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.131) kepada para pelaku usaha yang terlibat dalam praktik-praktik semacam itu.

"Harga semua barang naik dua kali lipat ... Satu paket perlengkapan sekolah dasar (SD) untuk siswa kelas satu SD kini senilai 1.000 lira Turkiye (1 lira Turkiye = Rp498), dibandingkan dengan 500 lira Turkiye tahun lalu. Bagaimana orang tua bisa membeli ini?" kata Buyukoglu.

Badan Perencanaan Istanbul mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa biaya hidup bulanan untuk keluarga beranggotakan empat orang di Istanbul, termasuk uang sewa, melonjak 81 persen secara tahunan (year on year), mencapai 55.321 lira Turkiye. Harga daging mengalami kenaikan paling signifikan, yang mencapai 114 persen dibandingkan tahun lalu, diikuti kenaikan harga ayam sebesar 107 persen.

Seorang pria bekerja di sebuah toko di Istanbul, Turki, pada 10 Mei 2024. (ANTARA/Xinhua/Safar Rajabov)

Untuk mengendalikan lonjakan inflasi, Kementerian Perdagangan Turki telah mengintensifkan inspeksi nasional, menindak kenaikan harga yang tidak wajar, dan penimbunan barang. Pada tahun ini saja, kementerian tersebut telah menjatuhkan total denda sebesar 1,9 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.131) kepada para pelaku usaha yang terlibat dalam praktik-praktik semacam itu.

Pada Senin (13/5), Menteri Keuangan dan Perbendaharaan Turki Mehmet Simsek meluncurkan serangkaian langkah penghematan di sektor publik untuk mendukung target disinflasi pemerintah dan berkontribusi meringankan beban biaya hidup.

"Menekan inflasi hingga satu digit sangat penting bagi kemakmuran dan pertumbuhan yang berkelanjutan," tutur Simsek, sembari menambahkan bahwa stabilitas harga merupakan prioritas utama untuk mencapai tujuan itu.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024