Melalui peningkatan kapasitas, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya manusia dan teknologi CCS dengan tepat.
Tangerang, Banten (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan kerja sama peningkatan kapasitas atau capacity building dalam mengembangkan industri Carbon Capture Storage (CCS).
“(Kerja sama) peningkatan kapasitas juga sangat penting, karena pada akhirnya, kami tidak mau Indonesia hanya memperoleh manfaat industri CCS melalui pemanfaatan lahan atau injection field, atau lainnya,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan dan Maritim dan Energi Kemenko Marves Jodi Mahardi dalam Indonesia Petroleum Association Conference and Exhibition (IPA Convex) 2024, di Tangerang, Banten, Rabu.
Jodi menegaskan bahwa Indonesia ingin sepenuhnya terlibat dalam rantai nilai (value chains) industri CCS. Oleh karena itu, selain melakukan kerja sama di bidang riset, pengembangan, dan deployment, Indonesia juga membutuhkan peningkatan kapasitas.
Melalui peningkatan kapasitas, kata dia, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya manusia dan teknologi CCS dengan tepat. Jodi menyoroti bahwa peningkatan kapasitas tidak hanya dibutuhkan oleh para pekerja teknis yang bersentuhan langsung dengan CCS.
Menurut Jodi, peningkatan kapasitas juga dibutuhkan oleh berbagai lapisan masyarakat, baik di tingkat komunitas, pemerintah, termasuk parlemen.
“Mereka semua harus paham. Kami telah mendiskusikan, CCS telah terbukti secara teknologi dapat melakukan dekarbonisasi berskala besar. Jadi, semuanya harus paham tentang apa itu CCS, kenapa CCS penting, dan kenapa kita harus bekerja sama,” kata Jodi.
Dalam kesempatan tersebut, Jodi juga sempat menyinggung terkait Indonesia yang akan menggelar pertemuan ISO/TC 265 pada Juni mendatang.
Pertemuan tersebut, kata Jodi melanjutkan, bertujuan agar jajaran kementerian dapat membuat regulasi terkait CCS berdasarkan standar-standar yang telah disepakati secara internasional.
ISO/TC 265 merupakan standardisasi penangkapan karbon dioksida (carbon dioxide capture), transportasi, dan penyimpanan geologis (geological storage).
“Tentunya ada banyak bidang lainnya yang bisa kita kolaborasikan. Di sisi lain, komunikasi dan memastikan keuangan dari proyek ini juga sangat penting,” kata Jodi.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi penyimpanan karbon pada bekas reservoir di lapangan migas yang ada di Indonesia diperkirakan mencapai 577 gigaton.
Pemerintah optimis CCS dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Selain membantu mengurangi emisi karbon, CCS juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor terkait seperti teknologi, manufaktur, dan jasa.
Baca juga: Menko Luhut tawarkan kerja sama 'blue food' dan CCS kepada Singapura
Baca juga: Kemenko Marves jamin presiden terpilih berkomitmen lanjutkan CCS
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024