Di bangunan terminal yang cukup modern tersebut, pendatang disambut banyak spanduk berisi ucapan selamat datang kepada para peserta SEA Games ke-27 yang berlangsung 11-22 Desember 2013.
Petugas berseragam longyi--sarung tradisional sarung khas Myanmar-- juga ada di berbagai sudut terminal untuk memberikan bantuan kepada pendatang yang membutuhkan.
Sebagai negara yang baru pertama kali menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara, Myanmar sepertinya berusaha memberikan layanan terbaik kepada tamu asing.
Negara yang selama ini tidak terlepas dari kesan tertutup di bawah pemerintahan rejim militer itu berusaha melayani tamu-tamunya dengan baik.
Para tamu asing yang datang untuk menghadiri SEA Games, termasuk atlet, ofisial, media dan supporter, mendapat pelayanan baik dari para petugas imigrasi yang sama sekali tidak memberikan kesan sangar ataupun kaku.
Namun saat keluar dari terminal kedatangan, suasana tidak jauh banyak berbeda dengan bandara Soekarno-Hatta atau bandara lain di Tanah Air.
Calo-calo berkeliaran menawarkan jasa transportasi, baik yang resmi maupun liar, dengan sasaran utama tamu asing.
Diantara para tamu asing tersebut, ada Abdullah, pria berusia sekitar 55 tahun asal Kuching, Malaysia.
Abdullah datang seorang diri ke Myanmar dengan satu tujuan, memberikan dukungan kepada tim sepak bola Malaysia.
Selain Abdullah, ada sekitar 15 anak muda Malaysia yang mengenakan kostum tim nasional negaranya.
Mereka juga datang untuk memberikan dukungan kepada tim sepakbola Malaysia yang lolos ke babak semifinal.
Dari bandara, mereka harus menuju ibu kota Myanmar, Naypyitaw, untuk menyaksikan pertandingan tim kebanggaan mereka.
Dan setelah di sodori tarif sewa taksi ke Naypyitaw sebesar 200 dolar AS atau sekitar Rp2,4 juta, mereka sadar, perjalanan menuju tempat pertandingan tidak akan mudah.
Abdullah mengurungkan niat untuk menyewa taksi ke Naypyitaw.
"Wah mahal sekali. Berpatungan pun dengan beberapa orang teman masih tetap mahal," kata pria berkacamata yang mengenakan kaos kuning, warna tim Malaysia.
Kelompok pendukung Malaysia yang lain pun menampik rayuan calo dan berjalan kaki keluar terminal dengan harapan bisa mendapatkan taksi yang harganya lebih murah.
Sementara Abdullah menerima tawaran untuk bergabung dengan beberapa pekerja media asal Indonesia, naik taksi menuju terminal bus Aung Mingalar dan selanjutnya mencari bus jurusan Naypyitaw.
Selama perjalanan sekitar 30 menit dari bandara Yangon ke terminal bus, Abdullah bercerita bahwa dia memutuskan pergi ke Naypyitaw sendiri karena teman-temannya di Kuching tidak ada yang mau diajak bersusah-sudah ke Myanmar yang selama ini dikenal masih terisolasi.
Sambil bercanda, Abdullah juga mengatakan bahwa dia tidak khawatir berada di dalam taksi yang berisi pendukung "musuh", warga Indonesia yang jelas akan membela tim Merah Putih dalam pertandingan semifinal melawan tim Malaysia.
Abdullah sangat gembira saat sampai di terminal bus antarkota karena ongkos bus berpendingin udara menuju Naypyitaw yang berada sekitar 400 kilometer di utara Yangon itu hanya 6.000 kyat atau sekitar Rp60.000.
Tapi dia lantas panik karena mengetahui bahwa bus baru akan berangkat pukul 12.00 dan diperkirakan sampai Naypyitaw sekitar pukul 18.00 waktu setempat sementara pertandingan tim Malaysia dan Indonesia akan berlangsung mulai pukul 17.00.
"Please, please help me, I love Myanmar, but I come to see football games between Malaysia dan Indonesia," kata Abdullah sambil memohon-mohon.
Dengan sikap simpatik, petugas di loket perusahaan bus JJ Express menyatakan permintaan maaf karena ia tidak bisa berbuat apa-apa meski Abdullah menyatakan siap membayar lebih asalkan bus tersebut bisa segera berangkat tanpa menunggu pukul 12.00.
"Maaf, saya tidak bisa berbuat apa-apa karena bus baru saja berangkat," kata petugas perempuan tersebut.
Petugas itu pun mengembalikan uang tiket yang telah terlanjur dibeli Abdullah karena pria itu memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan dan akhirnya mencari taksi agar bisa lebih cepat sampai ke Stadion Zeyar Thiri di Naypyitaw.
Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku, Abdullah akhirnya bisa sampai ke Stadion Zeyar Thiri saat pertandingan berlangsung.
Namun dia harus menerima kenyataan pahit, tim kesayangannya disingkirkan oleh tim Indonesia.
Tim Indonesia berhasil membalas kekalahan pada final SEA Games 2011 di Palembang lewat drama adu penalti yang berakhir dengan skor 5-4 setelah bermain imbang 1-1.
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013