Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin mengajak mahasiswa yang dinyatakan lulus dari perguruan tinggi ini atau wisudawan untuk memahami tentang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang pada era sekarang ini sedang berkembang.
"Para wisudawan dan wisudawati untuk tidak berkecil hati menjadi Sarjana Muslim dengan berkembangnya kecerdasan buatan atau AI ini," kata Rektor dalam sambutannya usai mewisuda 1.077 wisudawan dan wisudawati di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak untuk memahami tentang AI yang bisa diartikan kecerdasan buatan, kecerdasan bikinan atau kecerdasan bukan sebenarnya yang sekarang ramai dibicarakan. Kecerdasan bukan manusia, tetapi manusia yang membuat kecerdasan itu.
Baca juga: UIN Yogyakarta gandeng BRIN rumuskan strategi baru pembiayaan bencana
"Siapa yang menggunakan kalkulator di handphone untuk menghitung utang dan keuangan, siapa menggunakan komputer, siapa yang search di google, dan lain-lain itu semua menunjukkan penggunaan AI. Sejauh mana kita sadar informasi dari mesin, bukan dari mulut manusia," katanya.
Rektor mengatakan karena terlalu banyak melihat film fiksi, fiksi tentang sains, dikhawatirkan ada AI yang seperti mesin yang bisa mempunyai kesadaran, yang bisa tidak taat manusia, dan akhirnya memberontak manusia, yang menciptakan AI itu sendiri.
"Kekhawatiran bahwa AI menjadi merdeka, seperti manusia, dan akhirnya mandiri dan melawan manusia. Paling tidak AI akan menjadi pesaing manusia, dan menang melawan manusia yang menciptakannya. Ini mempengaruhi mental kita semua bahwa suatu saat manusia dikalahkan ciptaannya sendiri," katanya.
Meski demikian, Prof Al Makin mengajak untuk tidak khawatir, karena manusia sudah berkali-kali mengalami revolusi dan mengubah masyarakat manusia itu sendiri. Manusia dalam sejarahnya sudah mengalami perubahan-perubahan yang melahirkan dan menghancurkan peradaban manusia.
Lebih lanjut, Rektor mengatakan sebenarnya AI sudah lama hadir dalam kehidupan manusia dalam berbagai bentuk. Dalam perangkat, komputer sudah lama digunakan sejak tahun 1960-an.
"Kemampuan AI yang dahsyat adalah menghitung, seperti kalkulator atau excel, tetapi jauh lebih cepat dan masif datanya. Data-data bisa diintegrasikan dalam AI. Memprediksi, baik masa singkat atau masa depan dengan cepat dan akurat, dan yang jelas adalah memutuskan, lebih tepat dari segi data daripada manusia," katanya.
Baca juga: Kemenkominfo beri pembekalan etika AI kepada mahasiswa di Bali
Baca juga: Kemarin, persiapan jamaah haji hingga Apple yang fokus kembangkan AI
Dia mengatakan AI juga bisa menyusun kalimat, membuat paper, mengerjakan tugas lebih cepat dan lebih baik. Ini yang menjadi isu dan persoalan, karena berbagai AI bisa menggantikan dosen, mahasiswa, dan bahkan pemimpin organisasi, negara, atau perusahaan dalam memutuskan.
Namun, menurut Al Makin, semua itu tidak perlu dikhawatirkan, karena AI dan semua teknologi tidak bisa berfikir, tidak bisa berimaginasi, tidak bisa berjalan sendiri, dan tidak bisa mandiri, tidak merdeka. Manusialah yang mengoperasikan, mengatur, berfikir, dan berimaginasi.
"Tugas manusia adalah berfikir, mengatur, dan membuat AI bermanfaat, bisa membedakan buruk baik. Hanya manusia yang bisa optimistis, sedih, gembira. AI adalah alat manusia, memudahkan urusan manusia, membantu kerja lebih cepat. Maka, gunakan AI sebaik-baiknya untuk kesejahteraan umat manusia dan kelestarian alam semesta," kata Rektor UIN.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024