Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) meminta dukungan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk menjadikan Napak Reformasi sebagai muatan lokal pendidikan sejarah.
"Komnas Perempuan bersama komunitas korban dan pendamping terus mendorong dukungan yang lebih luas dari Pemerintah DKI Jakarta, termasuk untuk menjadikan Napak Reformasi sebagai muatan lokal pendidikan sejarah," kata Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani dalam acara bertajuk "Pelanggaran HAM Masa Lalu di Persimpangan Jalan" di Jakarta, Senin.
Upaya tersebut untuk memastikan agar peristiwa Tragedi Mei 1998 tidak dilupakan atau terus dikenang pada masa mendatang.
Baca juga: Kisah Murni, menahan pilu Tragedi Mei 1998
Dia menyebut prasasti yang dibangun di pemakaman Pondok Rangon, Jakarta Timur, menjadi salah satu kesuksesan upaya komunitas korban, pendamping, dan Komnas Perempuan untuk menghormati para korban Tragedi Mei 1998.
"Langkah serupa juga masih terus kita upayakan memorialisasi di Solo yang akan dilakukan di tahun ini, mengingat di daerah itu juga ada makam yang tidak dapat diidentifikasi dari Tragedi Mei 1998," kata Andy Yentriyani.
Pihaknya juga mendukung inisiatif rencana memorialisasi di Universitas Negeri Medan yang memiliki sejarah temuan kekerasan seksual aparat terhadap mahasiswi yang berdemo saat peristiwa Mei 1998.
"Surabaya, dengan isu penghilangan paksanya dan juga temuan kasus kekerasan seksual pada rentetan menjelang dan sesudah peristiwa Mei '98," katanya.
Komnas Perempuan juga mendukung gagasan memorialiasi di Kupang, terkait Tragedi 1965 yang digagas masyarakat sipil, terutama para perempuan tokoh agama.
Baca juga: Komnas Perempuan dorong pemulihan korban pelanggaran HAM berat
Baca juga: Makam "Mr X" di TPU Pondok Ranggon
Baca juga: Kekeliruan masa lalu jangan terulang kembali
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024