Kami memberikan pendidikan tentang perkembangan teknologi kecerdasan artifisial, jadi ini sudah sangat berkembang di dunia
Denpasar (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Kominfo (Kemenkominfo) Hary Budiarto memberikan pembekalan mengenai etika pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) kepada 100 orang mahasiswa di Bali.
Hary di Denpasar, Senin, mengatakan pendidikan ini dibuat Kemenkominfo mengingat hingga saat ini baru tiga persen dari industri di Indonesia yang memanfaatkan teknologi AI, dibarengi dengan potensi dampak negatif ketika kemajuannya nanti tidak diberi batasan.
“Kami memberikan pendidikan tentang perkembangan teknologi kecerdasan artifisial, jadi ini sudah sangat berkembang di dunia, maka Indonesia juga harus, tetapi mengantisipasi karena teknologi ini bisa dibuat untuk kebaikan bisa untuk keburukan,” kata dia.
Adapun etika dalam pemanfaatan kecerdasan artifisial dikelompokkan dalam enam bagian, yaitu inklusivitas, demokrasi, kemanusiaan, keamanan, transparansi, serta kredibilitas dan akuntabilitas.
Baca juga: Perhumas akan luncurkan kode etik kehumasan terkait AI
Untuk itu menurut Hary tantangan bagi mahasiswa khususnya dengan latar belakang pendidikan teknologi informatika adalah mengembangkan AI sesuai etika yang telah dirumuskan Kemenkominfo.
“Kemenkominfo sudah mengeluarkan surat edaran bahwa AI ada etikanya, maka diharapkan kampus bisa menerapkan etika ini di dalam dunia pendidikan agar mahasiswa bisa menguasai teknologi ini dipakai untuk kemaslahatan,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini Bidang Pengembangan SDM di Kementerian yang dipimpin oleh Budi Arie Setiadi itu memberi pembekalan ke mahasiswa jurusan sistem informasi akuntansi, sistem informasi, dan informatika, di Primakara University.
Namun rencananya, perjalanan mereka akan terus berlanjut, mengingat di Bali banyak perguruan tinggi yang potensial mengembangkan teknologi ini, apalagi untuk membantu di sektor pariwisata.
Baca juga: Menkominfo: Perusahaan telekomunikasi perlu terapkan AI dengan etika
“AI bisa membantu membuat wisata baru, misalnya memasukkan kondisi lokasi, membuat spot, nanti kita akhirnya tau apa yang harus dikembangkan,” kata dia.
Menurutnya saat ini penyebab baru tiga persen teknologi AI dimanfaatkan oleh industri karena kurangnya sumber daya manusia (SDM), maka dari itu Kemenkominfo terus bergerak ke kampus dan pengajar untuk memberi pendidikan dan pelatihan, berlanjut dengan menyiapkan anggaran untuk membeli mesin dan investasi.
Wakil Rektor I Bidang Akademik Primakara University Helmy Syakh Alam mengatakan pembekalan dari Kemenkominfo ini berguna untuk membiasakan mahasiswa dan dosen dalam menggunakan AI secara positif ketika melaksanakan berbagai kegiatan.
Dengan demikian, kecerdasan manusia nantinya bisa menyatu dengan kecerdasan artifisial untuk menghasilkan output yang lebih besar.
“Kami sendiri sudah mulai menerapkan penggunaan AI di kurikulum secara bertahap, pada semua mata kuliah akan disisipkan tentang pemanfaatan AI, agar semua dosen dan mahasiswa terbiasa berkolaborasi dengan AI dalam menjalankan aktivitas, baik akademik maupun nonakademik,” ujarnya.
Baca juga: Bappenas latih lembaga soal etika AI untuk masuk dalam kebijakan
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024