"Untuk itu kita butuh instrumen yang tepat untuk mereduksi angka penularan penyakit mematikan itu di Tanah Air," kata Rio Purba menanggapi kontroversi Pekan Kondom Nasional yang baru-baru ini digelar produsen DKT Indonesia.
Ia mengatakan tanggung jawab untuk memangkas jumlah penderita HIV/AIDS tidak hanya di tangan pemerintah, tetapi juga di masyarakat.
"Kalau ada pihak di luar pemerintah yang menggelar sosialisasi tentang pencegahan penularan HIV/AIDS, sudah sepantasnya kita memberikan apresiasi," kata Rio.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2012 tercatat sebesar 5,1 persen dari total 186.257 kasus HIV di Tanah Air merupakan kasus dengan penularan terjadi dari ibu ke anak.
Di Jakarta, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta tahun lalu mencatat penderita HIV dan AIDS tertinggi kedua justru berlatar belakang ibu rumah tangga, yakni sebanyak 191 dari 1.187 penderita.
"Angka penderita HIV/AIDS di Tanah Air terus meningkat akibat minimnya pengetahuan masyarakat tentang cara menangkal penularan penyakit mematikan itu. Kalau dengan dengan menggunakan kondom kita dapat menekan jumlah penderita HIV/AIDS, mengapa tidak kita dukung, tambahnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, tidak melakukan perbuatan seks berisiko, seperti pergi ke tempat pelacuran, merupakan cara terbaik untuk pencegahan penularan HIV/AIDS.
Namun bagi mereka yang memaksa melakukan seks berisiko diharapkan dapat menggunakan kondom.
"Kita berikan informasi terutama bagi laki-laki yang sudah ada di tempat pelacuran atau mereka yang sudah telanjur terjangkit. Mereka harus diberi tahu bahwa sebaiknya mereka tidak berhubungan seks atau menggunakan kondom," ujar Menkes.
Menkes berharap masyarakat memahami fungsi kondom sebagai alat pencegahan penularan HIV/AIDS, di samping fungsinya lain seperti mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.(*)
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013