Jakarta (ANTARA) - PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menginisiasi program pemberdayaan masyarakat budidaya ternak kambing perah peranakan etawa di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara dalam keterangan di Jakarta, Minggu, mengatakan, program budidaya ternak kambing perah ini dilakukan dengan menggandeng 50 warga yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mulya yang berlokasi di Kelurahan Gombang dan Gapoktan Asem Mulyo dari Karang Asem, Gunung Kidul, DIY.
Kehadiran program ini sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam mendorong kesejahteraan masyarakat yang selaras dengan prinsip-prinsip environmental, social, and governance (ESG), ujar Iwan.
Tak hanya itu, program yang dijalankan PLN EPI ini sekaligus sebagai kontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Program ini dibangun dengan konsep pemberdayaan dengan mengintegrasikan pilar lingkungan, pengembangan UMK, sosial budaya, dan kesehatan masyarakat
"PLN EPI tidak hanya bertugas memastikan ketersediaan energi primer bagi PLN Group. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PLN EPI ingin agar dapat berkontribusi lebih dan terlibat langsung dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sesuai tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs," kata Iwan.
Menurut dia, berdasarkan hasil kajian atau pemetaan sosial di Kelurahan Gombang dan Karang Asem, program ini sangat potensial dilakukan mengingat adanya partisipasi dan antusiasme serta dukungan dari perangkat kelurahan dan warga dalam pelatihan budidaya ternak kambing perah.
Kelompok masyarakat yang terlibat telah memiliki bekal dalam pemeliharaan hewan ternak, untuk meningkatkan kemampuan para peternak, PLN EPI menggandeng Gapoktan Ngudi Makmur yang sudah sukses dalam budidaya kambing perah menjadi pemateri pelatihan.
PLN EPI juga memberikan bantuan pembuatan kandang kambing komunal dan bibit kambing peranakan etawa ber-SNI dengan usia ternak 1 tahun sebanyak 20 betina dan 1 jantan untuk dua Gapoktan. Jenis kambing yang dibudidayakan ini memiliki beragam manfaat yaitu daging kambing, pupuk dari kohe dan susu kambing yang produksi hariannya bisa mencapai 1,5 liter/hari.
"Dukungan PLN ini diharapkan dapat menjawab tantangan yang ada di masyarakat dan akhirnya dapat ikut meningkatkan manfaat pengembangan ternak kambing perah di lingkungan masyarakat sekitar," papar Iwan.
Selain bekal pengetahuan yang cukup dari kelompok masyarakat, program ternak kambing perah dinilai cukup potensial karena pasar susu kambing relatif terbuka. Sebagai contoh, di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta terdapat banyak pelaku usaha kambing perah yang meraih kesuksesan dari usaha ini. Produk susu kambing selain dikonsumsi dalam kondisi segar, juga dapat diolah menjadi susu bubuk, yogurt, sabun, dan ragam lainnya.
Selain berkontribusi pada perekonomian masyarakat, program ini juga ditargetkan dapat mendukung upaya pencegahan stunting di Kelurahan Gombang dan Karang Asem.
Kedepan, PLN EPI akan mendorong terciptanya ekosistem ternak kambing perah dengan menciptakan koneksi antar pelaku usaha, dimulai dari penyedia bibit ternak kambing, penyedia pakan hijau dan green konsentrat.
PLN EPI juga bakal mendorong Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang sudah ada untuk mendapatkan pelatihan sebagai wadah untuk program ternak kambing perah ini. Badan usaha ini akan memiliki peran sebagai offtaker produk sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa melalui skema penjualan untuk pasar.
Lurah Gombang Supriyanto menyampaikan apresiasi kepada PLN EPI karena Gapoktan tidak hanya diberikan pelatihan dan studi banding ke Gapoktan Ngudi Makmur yang sudah berhasil dalam melaksanakan budidaya kambing perah. Selain itu, ada pendampingan dan konsultasi sehingga apabila ada kendala akan mudah untuk diatasi.
Baca juga: Akademisi UGM: Kambing perah potensial penuhi kebutuhan susu nasional
Baca juga: Mahasiswa UI teliti kulit kambing cangkang kapsul
Baca juga: Jadi perusahaan melek digital PLN EPI dapat Digitech Award 2024
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024