Jakarta (ANTARA News) - Ketua Masyarakat Peduli Aids Indonesia (MPAI) Prof. Zubairi Djoerban menyatakan perlunya penerapan "manajemen heboh" dalam menangani penyebaran HIV/AIDS di Indonesia karena penyebaran penyakit ini susah dideteksi."Manajemen heboh" menurut Zubairi di Jakarta, Selasa, berarti berperan aktif dengan mengunjungi dan melakukan tes di berbagai lokasi yang rawan aids.Dengan berperan aktif, katanya, kasus-kasus aids akan lebih mudah terdeteksi seperti adanya 25 pasien baru aids di yang setiap minggunya mendatangi tiga rumah sakit di Jakarta yakni RS dr Cipto Mangunkusumo, Dharmais, dan RS Kramat."Itu baru data dari tiga rumah sakit, belum rumah sakit lain, dan mereka yang belum pergi ke rumah sakit," kata Prof. Zubairi Djoerban sehubungan dengan semakin mencemaskannya ancaman HIV/AIDS di Indonesia. Mengutip perkiraan para ahli, sedikitnya terdapat 200 ribu orang penderita AIDS di Indonesia, namun yang terdeteksi oleh pemerintah hanya 10 ribu. "Oleh karena itu, penyakit ini harus ditangani secara luar biasa dengan `manajemen heboh`," katanya. Ia mengatakan saat ini pemerintah telah memberikan tiga ribu obat anti Retropiral ke tiga rumah sakit di Jakarta, namun upaya itu belum cukup karena selain obat AIDS, para pasien juga membutuhkan obat TBC. "Sebanyak 50 persen pasien AIDS terkena TBC, sedangkan obat TBC harganya sangat mahal," katanya. Sementara itu, Sekretaris Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Dr. Nafsiah Mboi mengatakan upaya penaggulangan penyakit ini tidak boleh dilakukan seperti hal yang biasa saja. "Kita tidak boleh menanggulangi AIDS seperti melakukan business as usual, harus lebih daripada itu," katanya. Menurut Nafsiah, Peraturan Presiden No.75/2006 tentang KPA Nasional memberikan kesempatan luas pada masyarakat peduli AIDS untuk berperan aktif sebagai anggota KPA Nasional, propinsi dan kabupaten. Beberapa kegiatan yang memerlukan peran aktif masyarakat adalah penyusunan rencana aksi nasional pada 2007-2010, pertemuan AIDS Nasional pada Februari 2007 di Surabaya, dan usulan pelaksanaan Kongres Internasional tentang HIV/AIDS di Asia Pasifik (ICAAP) di Bali.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006