Lebih ke album untuk koleksi dan harganya pun lebih mahal"Jakarta (ANTARA News) - Distribusi dan cara menikmati musik sudah bergeser dari semula dalam bentuk album fisik menjadi musik digital.
Bila dulu seseorang membeli album fisik di toko kaset, sekarang mereka memilih mendapatkannya dari Internet baik mengunduh secara legal maupun ilegal.
"Tadinya beli album sekarang bergeser ke streaming. Konsumen nggak perlu lagi memiliki musik yang mereka dengar," kata Chief Editor DailySocial Aulia Masna dalam Seminar Musik Digital yang diadakan Believe Digital, perusahaan yang bergerak di layanan dan distribusi digital musisi dan label independen.Mendengarkan musik secara streaming memiliki keunggulan tersendiri bagi konsumen. Streaming berbeda dengan mengunduh. Secara teknis, aktivitas streaming memang tidak lepas dari mengunduh, hanya saja konsumen tidak perlu menyimpannya di hard drive.
"Ketika men-download, kita harus mikirin storage di hard drive. Semakin banyak downlod, harus banyak juga storage," katanya.
Streaming, lanjutnya, menjadi pasar baru bagi masa depan musik, khususnya di Indonesia. Melalui streaming, musik digital dapat dinikmati kapan pun selama perangkat mendukung.
Menurut Aldo Sianturi, Country Manager Believe Digital, melalui streaming, karya seorang musisi yang awalnya baru dapat dinikmati di negeri sendiri, dalam waktu yang relatif singkat dapat didengar dunia. Diah Isnaemi, Marketing Digital Virgo Ramayana Music & Entertainment, berpendapat bahwa musik digital menawarkan alur distribusi yang lebih ringkas.
Ia mencontohkan ketika membuat sejumlah kopi album fisik, selain mengeluarkan biaya produksi, perusahaan rekaman juga kembali mengeluarkan biaya distribusi dan juga strategi pemasaran. Ketika album tersebut habis, mereka pun harus mencetak ulang.
Bila dihitung dari segi biaya, pembuatan album fisik sedikit lebih banyak daripada album streaming. Tetapi, dari segi keuntungan, tidak terlalu jauh.Meski menjanjikan, Aulia melihat masih ada masalah mengenai pembayaran musik digital. Pasalnya, penetrasi kartu kredit di Indonesia tidak sebanyak di negara asing. Dengan kata lain, tidak semua lapisan masyarakat menggunakan kartu kredit.
"Transaksi dan pembayaran masih jadi masalah di sini," kata Aulia.
Salah satu solusi untuk memecahkan masalah ini menurutnya adalah dengan menggunakan pulsa dari provider telepon genggam. Sebagian besar masyarakat merupakan pengguna telepon genggam dan telah terbiasa menggunakan saldo yang ada.
Kualitas
Ketika menjual musik digital, kualitas lagu merupakan hal yang penting, kata Victor Conradsson, Senior Sales and Training Manager Believe Digital.
"Umumnya (bit rate) 192 dan 320 (kbps)," katanya.
Harga pada konten digital pun menurutnya tergantung pada standar kehidupan suatu negara. Semakin tinggi standar hidup suatu negara, semakin tinggi pula harga musik digital.
Popularitas musisi juga berpengaruh terhadap karya yang dijual secara digital. Umumny, 2-3 bulan setelah karya dirilis, harga akan mengalami penurunan. Tetapi, ketika musisi sedang naik daun atau sedang mengadakan tur misalnya, hal itu mempengaruhi karya-karyanya, baik karya baru maupun lama.
Pasar musik digital di Indonesia terbuka luas. Hal itu sudah tentu mempengaruhi pembuatan album fisik. Asep Nugraha, Digital Marketing Alfa Records, mengatakan pembuatan album fisik tergantung seberapa besar musisi diapresiasi oleh masyarakat. Diah Isnaemi pun menyetujui hal tersebut.
"Lebih ke album untuk koleksi dan harganya pun lebih mahal," kata Diah.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013