Bank Indonesia ada di pasar, rupiah nanti akan mencerminkan fundamentalnya, yang perlu dijaga adalah bagaimana mengatasi current account deficit, ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp12.048 per dolar AS pada Selasa pagi, disebabkan oleh tingginya permintaan dolar AS dari korporasi untuk membayar kewajiban utang.

"Biasanya akhir tahun permintaan dolar meningkat, karena kebutuhan perusahaan untuk bayar utang kewajibannya meningkat," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Hatta menyakini Bank Indonesia tidak akan membiarkan terjadinya depresiasi terlalu dalam dan nilai rupiah kembali mencerminkan kondisi sesuai fundamental, meskipun perekonomian saat ini menghadapi tantangan eksternal terkait potensi "tapering off".

Ia meminta agar seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga defisit neraca transaksi berjalan, sebagai upaya memberikan ketenangan kepada pelaku pasar keuangan serta memperkuat pondasi internal, agar volatilitas rupiah tidak tinggi.

"Bank Indonesia ada di pasar, rupiah nanti akan mencerminkan fundamentalnya, yang perlu dijaga adalah bagaimana mengatasi current account deficit, ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan," kata Hatta.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih aman dan mencerminkan fundamental perekonomian nasional, meskipun kondisi global saat ini sedang bergejolak.

Ia mengatakan dalam tiga bulan terakhir, Bank Indonesia selalu melakukan intervensi untuk mencegah pelemahan rupiah, namun cadangan devisa masih tetap terjaga pada 96 miliar dolar AS atau setara dengan enam bulan impor.

"Bank Indonesia melakukan intervensi terukur, tapi diikuti cadangan devisa kita masih 96 miliar dolar. Jadi walaupun kita aktif, kita masih bisa jaga (cadangan devisa) sama dengan bulan lalu, walaupun situasi bergejolak," ujarnya.

Terkait defisit neraca transaksi berjalan, Agus optimistis makin menyusut dan berada di bawah tiga persen terhadap PDB pada 2014, atau lebih rendah dari perkiraan defisit neraca transaksi berjalan pada 2013 sebesar 3,6 persen terhadap PDB atau 32 miliar dolar AS.

"Kalau sebelumnya masih belum melihat angka current account deficit bisa di bawah tiga persen, sekarang kita sudah bisa melihat angka defisit 2014 bisa di bawah tiga. Ini kondisi yang baik dan kita capai dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama," ujarnya.


Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013