Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengutuk keras tindakan pembakaran Markas Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) oleh warga ekstremis Israel di wilayah pendudukan, Yerusalem, pada Kamis malam (9/5).
“Kekerasan tersebut terjadi di depan mata polisi Israel di wilayah pendudukan. Pembiaran ini tidak dapat diterima dan membuktikan bahwa Israel bertanggung jawab atas terjadinya kekerasan tersebut,” kata Kementerian Luar Negeri RI di akun resmi X pada Jumat.
Kemlu RI menegaskan bahwa tindak kekerasan itu sama sekali tidak dapat diterima karena menyangkut markas badan PBB yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Pembakaran Markas UNRWA itu juga menciptakan preseden sangat buruk terhadap keselamatan dan keamanan gedung, serta personil PBB dan misi kemanusiaan lainnya.
“Peristiwa tersebut menambah daftar panjang kekerasan, pendudukan ilegal, dan berbagai pelanggaran hukum internasional dan hukum humaniter internasional yang dilakukan oleh Israel,” kata Kemlu RI.
Oleh karena itu, Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bergerak meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran hukum internasional yang terus dilakukannya.
“Saatnya DK PBB, terutama negara pemegang veto, menunjukkan kepemimpinan dan kebijaksanaannya demi keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian,” kata Kemlu RI.
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa pemukim Israel dua kali membakar perimeter kantor pusat mereka di Yerusalem Timur yang diduduki.
Baca juga: UNRWA sebut pemukim Israel bakar perimeter kantor mereka dua kali
Meskipun tidak ada korban jiwa, tetapi kebakaran itu menyebabkan kerusakan di luar Markas UNRWA.
Mengingat insiden mengerikan kedua yang terjadi dalam waktu kurang dari sepekan ini, Lazzarini memutuskan untuk menutup kompleks tersebut “sampai keamanan pulih kembali.”
Insiden terbaru ini menandai serangan kedua terhadap kantor pusat UNRWA di Yerusalem Timur dalam waktu kurang dari dua hari.
Sebelumnya, kelompok sayap kanan melakukan aksi protes di depan kantor UNRWA di kawasan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur pada Selasa malam (7/5) guna menuntut penutupan kantor itu.
UNRWA telah menghadapi tekanan Israel atas tuduhan yang tidak terbukti bahwa beberapa staf badan tersebut terlibat dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu yang dilakukan kelompok Hamas Palestina.
UNRWA dibentuk oleh Majelis Umum PBB lebih dari 70 tahun yang lalu untuk membantu warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari tanah mereka.
Badan ini memberikan dukungan penting kepada jutaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, Suriah dan wilayah lain di mana sejumlah besar warga Palestina yang terdaftar tinggal.
Baca juga: UNRWA: Kelaparan di Gaza kian parah jika rute pasokan terus dihalangi
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024