Chengdu, China (ANTARA) - Rasanya tidak mungkin untuk menjelajahi negara sebesar China dalam waktu yang singkat. Negeri yang terletak di Asia Timur ini memiliki area seluas hampir 9,6 juta kilometer persegi dan terdiri dari 33 provinsi dengan beragam keberagaman di setiap wilayahnya.
Namun, ternyata Anda bisa mampir ke Kota Chengdu di Provinsi Sichuan, yang terletak di China bagian barat daya. Di sana, berdiri sebuah eksibisi bertajuk Pameran Holtikultura Internasional 2024 Chengdu (Expo 2024 Chengdu) yang berlangsung dari akhir musim semi hingga awal musim gugur.
Expo 2024 Chengdu memiliki puluhan taman yang mencerminkan karakteristik yang khas atau unik dari setiap provinsi di Tiongkok. Mulai dari Chengdu yang memiliki taman bunga hisbiscus yang lekat dengan sejarahnya selama ratusan tahun, hingga Beijing dengan bangunan dan balutan taman bunga yang didominasi oleh warna merah.
Kehadiran pameran ini juga semakin pas mengingat Chengdu sendiri memiliki julukan yang dekat dengan kekayaan flora dan faunanya. Tak hanya menjadi rumah bagi para panda raksasa (giant panda), Chengdu juga dijuluki sebagai “Kota Hisbiscus” dan “Kota Brokat”.
Baca juga: China akan berikan peringkat pariwisata untuk 21 objek wisata
Baca juga: Destinasi wisata sejarah yang wajib dikunjungi di Fujian
Seperti layaknya penggalan puisi Du Fu, seorang penyair pada masa Dinasti Tang, yang berbunyi, ”Saat fajar, lihatlah tempat yang basah dan merah, bunganya akan lebat di Kota Brokat," keindahan Chengdu terus bertahan dari zaman dahulu kala hingga saat ini.
Chengdu dan keindahan penuh sejarah
Pada sisi taman yang menampilkan imaji sang tuan rumah, berdirilah Lereng Rhododendron setinggi lima meter sebagai titik tertinggi di Taman Chengdu. Di sini menawarkan pemandangan panorama Gunung Longquan, pemandangan Taman Beijing dari dekat, pemandangan Sungai Longmen dari atas, serta pemandangan Danau Jiangxia dari kejauhan.
Lereng ini layak disebut lautan rhododendron dengan ciri khas habitatnya yang terdapat lebih dari 20 spesies rhododendron dan lebih dari 200 tumbuhan asli Gunung Longmen, dilengkapi dengan ciri geografis lainnya.
Selain itu, di lereng ini pula berdiri Paviliun Zhuojin yang terinspirasi oleh Paviliun Chongli di Taman Wangjiang. Paviliun ini seakan menyambut tamu dari segala arah dengan atap segi delapannya.
Turun ke bawah, terdapat anak sungai Longmen yang terinspirasi oleh lanskap unik air terjun dataran tinggi dan aliran sungai di Pegunungan Longmen di Chengdu, menciptakan air terjun tujuh tingkat yang disesuaikan dengan perbedaan topografinya.
Bebatuan yang tersusun tidak beraturan di sepanjang tepi sungai menyediakan beragam habitat bagi lebih dari 50 spesies tumbuhan yang hidup di pegunungan, bebatuan, tepi sungai, dan perairan.
Desainnya mewujudkan keindahan bebatuan berlapis khas taman Sichuan bagian barat, perairan yang berkelok-kelok, dan beragam tanaman pelengkap lainnya.
Tidak seperti taman berornamen yang biasa terlihat di China Utara, Taman Chengdu yang merupakan kota di bagian barat negara ini bisa dibilang mirip dengan lukisan tinta nan indah dan menenangkan.
Terdapat Danau Huahua yang dikelilingi oleh pepohonan dengan kepadatan berbeda-beda, hingga “hutan” bawah air terbentuk di dasar danau oleh tanaman seperti teratai dan lili air.
Kehadiran tanaman-tanaman itu menciptakan ekosistem air yang dapat membersihkan diri dan beradaptasi sendiri.
Di tepi danau, terdapat platform kayu dan tangga yang menjadi tempat ideal untuk menikmati bentuk, suara, dan warna pemandangan tersebut dengan santai. Tak hanya itu, tempat ini juga menjadi salah satu spot foto yang cukup diminati oleh pengunjung.
Seperti diketahui, Chengdu juga dijuluki sebagai “Kota Brokat” karena sejarah yang telah melekat selama lebih dari dua ribu tahun. Brokat Shu berasal dari jenis kain sutera yang diproduksi di Chengdu pada Periode Warring State. Ini adalah jenis brokat warna-warni dengan ciri nasional Han dan gaya lokal.
Baca juga: Destinasi wisata baru China jadi sorotan di pameran wisata Singapura
Pengunjung dapat melihat keindahan brokat ini dalam bentuk taman dengan tajuk “Taman Bunga Brokat Shu” yang terinspirasi dari motif dan corak beragam karya seni tersebut.
Taman ini mencakup lebih dari 50 jenis bunga khas Chengdu seperti bunga peony Tianpeng. Selain itu, di sini juga menampilkan konsep konstruksi taman yang rendah pemeliharaan (low-maintenance) dan berkelanjutan untuk masa depan.
Perpaduan alam dan teknologi inovatif
Tak hanya mengandalkan berbagai jenis tanaman saja, Expo 2024 Chengdu juga mengandalkan teknologi inovatif dan hijau dalam pembuatannya. Hal ini sesuai dengan prinsip “hijau dan rendah karbon” yang dibawa sebagai prinsip utama pameran tersebut.
Adapun venue utama dibangun dan dilengkapi dengan alat penampung air hujan berbentuk kelopak yang diharapkan mampu menampung kurang lebih 2.500 ton air hujan setiap tahunnya, serta memiliki desentralisasi pendingin udara hemat energi.
Sebanyak 2.500 ton air hujan yang tersimpan itu nantinya dapat memenuhi kebutuhan pengairan atau irigasi harian untuk dua hektar ruang hijau di venue utama.
Lebih lanjut, paviliun lain juga telah mengadopsi teknologi bangunan ramah lingkungan terkini, seperti sistem pendingin udara kecil, kaca fotovoltaik, dan dinding insulasi komposit, sehingga mencapai tujuan keseluruhan pengurangan emisi karbon.
Selain itu, Expo 2024 Chengdu pun diharapkan bisa terus berdiri dan dibuka untuk umum, demi menciptakan dampak sosial yang terus terasa di kawasan tersebut.
Terlebih, kehadiran dari bunga dan tumbuhan seantero Tiongkok dan dunia akan terus dirawat dan dipertahankan di tempat ini.
Sementara itu, pameran saat ini dapat dikunjungi oleh wisatawan hingga 28 Oktober dengan jam buka pukul 09.00 hingga 18.00 waktu setempat setiap harinya.
Harga tiketnya juga bervariasi, mulai dari 30 yuan (Rp66 ribuan) hingga 150 yuan (Rp300 ribuan) per orang.
Baca juga: Rumah Budaya Indonesia di Tianjin ingin promosikan wisata Tanah Air
Baca juga: Kota air kuno di Zhejiang, China timur, bersolek sambut wisatawan
Baca juga: Tur gratis disediakan bagi penumpang transit internasional di Shanghai
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024