Lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80 persen sumber pangan dunia saat ini menjadi kelompok yang paling rentan,

JAKARTA (ANTARA) - Air, adakalanya disayang-sayang namun kadang malah dibuang-buang. Bila tak ada dicari-cari, ketika datang berlimpah dihindari. Air tak ada kita merana, air tiba murka semua sengsara.

Betapa berartinya air hingga hadir sebagai bahasan penting dalam forum dunia.

World Water Forum Ke-10, sebuah konferensi air internasional akan digelar di Nusa Dua Bali pada 18-25 Mei 2024, yang membahas berbagai tantangan global terkait air guna mencari solusi bersama.

Sebanyak 280 sesi dalam forum tersebut setidaknya membahas empat hal utama; yakni konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.

Acara bertema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” yang bakal dihadiri 14 kepala negara dan sekitar 50 ribu peserta dari dalam dan luar negeri itu diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil, pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim, serta penetapan Hari Danau Sedunia.

Pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah juga mengundang sejumlah 43 duta besar dan empat organisasi internasional untuk turut berpartisipasi dan menyukseskan World Water Forum.

Sementara para pemangku kepentingan sibuk membahas isu air dalam forum akbar, kita sebagai warga masyarakat jangan hanya menyaksikan dan berpangku tangan atau bahkan malah mengganggu jalannya kegiatan.

Kebiasaan masyarakat kita yang selalu ingin turut serta datang dan nimbrung dalam keramaian bisa saja mengganggu kenyamanan puluhan ribu delegasi yang mengikuti beragam kegiatan di sejumlah kawasan di Pulau Dewata itu. Karenanya, warga utamanya wisatawan domestik hendaknya mendukung kelancaran kegiatan dengan tidak berduyun-duyun mendatangi titik-titik lokasi yang menjadi tempat acara.

Forum Air Sedunia itu “hanya” berlangsung satu pekan, demi kesuksesan acara tentu kita bisa mengalah dengan berwisata di luar kawasan yang menjadi lokasi berlangsungnya kegiatan.

Sebagai informasi, kegiatan utama berupa seremoni pembukaan dan pertemuan-pertemuan tingkat tinggi akan dilaksanakan di Bali International Covention Center (BICC), Nusa Dua, pada 20-24 Mei. Adapula acara sampingan yakni pameran dan ekspo yang lokasinya tersebar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), BICC, dan Pantai Kuta.

Pada 24 Mei 2024 terdapat agenda Cultural Night (Farewell) di Taman Bhagawan. Setelah penutupan acara dan rangkaian kegiatan World Water Forum selesai, para peserta akan diajak karyawisata menikmati keindahan Bali seperti Museum Air di Tabanan, Jatiluwih UNESCO World Heritage Site, Danau Batur Kintamani, dan Cultural Village Ubud.

Itulah di antara sejumlah lokasi yang sebaiknya wisatawan hindari selama berlangsungnya World Water Forum Ke-10, kecuali memang Anda memiliki kepentingan berada di sana.

Kawasan Subak Jatiluwih, Tabanan, Bali, salah satu destinasi karyawisata delegasi Forum Air Sedunia. ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari/am.

Perilaku berkelanjutan

Selain turut mendukung dan menyukseskan perhelatan Forum Air Sedunia dengan peran dan partisipasi yang kita bisa, tugas dan tanggung jawab masyarakat tak selesai di situ.

Banyak hal dapat kita lakukan sebagai sumbangsih kepada negara dan alam dalam memuliakan keberadaan air. Sebagaimana manusia, alam juga memiliki “hukum”, karenanya perilaku kita terhadap alam--termasuk air di dalamnya--akan berbalas semestinya. Jika kita merawat alam dengan baik, air akan bersahabat dengan manusia, namun bila tidak, air bisa berubah menjadi sumber bencana hidrometeorologi dengan kedahsyatan dampak yang ditimbulkan.

Jangan baru tersadar ketika air telah murka, kita bisa membangun perilaku berkelanjutan agar air tetap menjadi sahabat dalam kehidupan.

Apalagi tatkala mendapati kenyataan bahwa 97 persen air yang ada di Bumi ini merupakan air asin yang tidak dapat dikonsumsi langsung dan hanya 3 persen yang bisa dikonsumsi manusia. Sementara dari 3 persen itu juga tidak semuanya mudah diakses, ada yang tersembunyi jauh di dalam tanah.

Jadi, sebenarnya sumber daya air yang bisa kita konsumsi hanyalah sedikit jumlahnya sehingga dari yang sedikit itu harus kita jaga kelestariannya. Jika tidak, generasi anak cucu kita kelak bakal kesulitan mendapatkan air untuk dikonsumsi.

Demi menjaga kelestarian air setiap manusia yang tinggal di planet ini mesti memiliki kesadaran untuk turut menjaganya. Seperti hal-hal sederhana berikut yang dapat kita terapkan dalam keseharian:

1. Hemat. Gunakan air seperlunya, sebanyak yang kita butuhkan saja dan jangan berlebihan. Untuk penggunaan air sekali buang, seperti ketika kita mencuci tangan, mencuci kaki, mandi, atau mengambil air wudhu, di mana air langsung mengalir ke saluran pembuangan (tangki septik) yang berakhir menjadi limbah dan tak diolah lagi, sebaiknya kita membuka keran secukupnya, tidak membuka keran dengan maksimal sehingga air mengalir begitu deras dan menyebabkan pemborosan.

Mandi menggunakan shower juga membantu penghematan air ketimbang dengan bak mandi atau bathub. Terlalu sering Anda mandi dengan cara berendam, berarti melakukan pemborosan air. Adapun aktivitas membersihkan diri dengan shower, selain penggunaan air efektif, juga memberikan rileksasi dengan efek pijitan pada tubuh.

2. Guna ulang. Air bekas yang tidak tercemar sabun, detergen, atau zat kimia, upayakan untuk digunakan ulang. Semisal air bekas cucian sayur bisa digunakan untuk menyiram tanaman. Saat menguras kolam ikan, airnya dapat disalurkan untuk penyiraman kebun, begitu dan seterusnya. Hanya air tercemar yang tidak dapat digunakan lagi, yang boleh mengalir ke saluran pembuangan akhir. Agar lebih banyak air yang bisa digunakan ulang, minimalkan pemakaian zat-zat pencemar air.

3. Menjaga dan melindungi. Air, di mana pun keberadaannya, apakah di selokan, sungai, atau laut, jaga dan lindungi dari pencemaran dengan tidak mengotorinya apalagi membuang sampah. Di tengah kesadaran lingkungan yang makin tinggi, perilaku membuang sampah di aliran air mengindikasikan manusia belum berperadaban yang pantas mendapat kecaman. Bila Anda telah memiliki kesadaran untuk menjaga air dari polusi, jangan berhenti pada diri sendiri, serukan juga pada orang lain di sekitar atau tegur orang yang mencemari air. Bisa juga, lingkungan sosial menerapkan sanksi untuk perilaku buruk itu dengan saling mengawasi termasuk dengan memanfaatkan kamera pengawas. Membuang sampah di air adalah kejahatan lingkungan yang perlu disanksi hingga jera. Sebagai langkah preventif, kepala lingkungan terlebih dulu menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan air agar terbangun kesadaran bersama.

4. Merawat. Terlibat dalam kegiatan penghijauan sebagai upaya konservasi air seperti penanaman pohon di hutan, lahan gundul, atau setidaknya di sekitar rumah.

Bila Anda memiliki pekarangan yang lumayan luas, alokasikan sebagian untuk penanaman pohon bambu. Sebagaimana diketahui salah satu manfaat pohon bambu adalah mampu meningkatkan volume air. Laporan Environment Bamboo Foundation (EBF) menyatakan bahwa debit air di suatu lahan meningkat setelah beberapa tahun ditanami bambu. Bahkan, di beberapa kasus keberadaan bambu dapat memunculkan mata air baru.

Di sejumlah negara, seperti India dan China telah memanfaatkan bambu sebagai tanaman konservasi air dan tanah. Apalagi di Kolombia, orang-orang yang sedang menanam bambu akan menyebutnya dengan ‘menanam air’.

Menggunakan air seperlunya, bagian dari perilaku berkelanjutan demi kelestarian air. ANTARA/Sizuka.

Ambil bagian kita!

Laporan UN Water 2024 menggambarkan bahwa setengah dari populasi dunia saat ini mengalami masalah serius dengan ketersediaan air. Direktur Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Tri Tharyat menyebutkan, "Di tahun 2022, sebanyak 2,2 miliar orang hidup tanpa akses air minum yang dikelola secara baik dan benar. Selain itu, 3,5 miliar orang juga kekurangan akses terhadap sanitasi yang dikelola secara aman".

Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan pada tahun 2050 krisis air akibat perubahan iklim akan meningkatkan kerawanan pangan. Lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80 persen sumber pangan dunia saat ini menjadi kelompok yang paling rentan.

Menyikapi situasi ini, Indonesia tidak tinggal diam. Presiden Joko Widodo di banyak kesempatan telah menggaungkan pentingnya perhatian dunia terhadap tema WWF Ke-10, “water for prosperity”, yaitu air untuk kesejahteraan bersama.

Air, semestinya sebagai sumber kehidupan dan perdamaian, bukan sumber konflik dan bencana. Nyatanya, krisis air telah menyulut konflik antarwilayah hingga negara. Sebut saja Iran dan Afganistan, dua negara Asia di wilayah Timur Tengah itu tengah bergejolak akibat menyusutnya ketersediaan sumber air.

Ada yang kekeringan, ada pula yang kedatangan air berlebih oleh sebab efek perubahan iklim. Datangnya Badai Daniel menyebabkan terjadinya banjir bandang yang besar di Yunani, Turki, dan Bulgaria selama 4 hari, menjelang akhir tahun lalu.

Minggu depan, para pemimpin dunia akan berkumpul di Bali untuk membahas segala problematika air.

Namun begitu, masalah air tidak otomatis selesai dalam forum sepekan itu tapi butuh komitmen bersama dalam menunaikan rekomendasi solusi yang disepakati. Pun perilaku berkelanjutan segenap penghuni Bumi dalam merawat kelestarian air, dan itulah bagian kita!

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024