Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Selasa pagi, menguat menjadi Rp9.113/9.118 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.135/9.140 per dolar AS atau naik 22 poin. Faktor utama kenaikan rupiah akibat melemahnya dolar AS di pasar global, karena pelaku asing menunggu pertemuan bank sentral AS (The Fed) pada awal bulan ini," kata Analis Valas PT Panin Bank, Jasman Ginting, di Jakarta, Selasa. Dia mengatakan The Fed menurut rencana akan mengadakan pertemuan pada awal September yang akan membahas antara lain mengenai tingkat suku bunga AS, apakah akan kembali dinaikkan untuk mengatasi inflasi yang cenderung menguat. Pada pertemuan 8 Agustus, The Fed telah menunda kenaikan suku bunga Fed Fun, sehingga posisinya masih berkisar pada 5,25 persen yang merupakan kenaikan ke-17 tingkat suku bunga tersebut, katanya. Rupiah, ia lebih lanjut mengatakan, mendapat sentimen positip pasar eksternal, akibat menguatnya yen terhadap dolar AS setelah keluarnya data pengangguran Jepang yang turun menjadi 4,1 persen pada Juli dibanding bulan sebelumnya tercatat 4,2 persen. Data tingkat pengangguran di Jepang mendorong pelaku asing membeli yen dan melepas dolar AS yang memicu pelaku lokal juga melemah dolar AS di pasar lokal, dan membeli rupiah, katanya. Menurut dia, kenaikan rupiah saat ini dinilai wajar, setelah dalam dua pekan lalu terpuruk, sehingga posisinya berada di atas level Rp9.100 per dolar AS. "Kami optimis pasar akan terus mendorong rupiah kembali di bawah level Rp9.100 per dolar AS yang juga didukung oleh indikator ekonomi makro Indonesia yang terus meningkat," katanya. Jasman Ginting mengemukakan sentimen pasar positip dari eksternal diharapkan akan berlanjut, karena harga minyak diperkirakan akan terus menguat, dan apabila mencapai 100 dolar AS per barel, maka ekonomi AS akan mengalami krisis yang lebih parah. Karena itu, peluang rupiah untuk menguat lebih jauh dan diperkirakan pada akhir tahun ini bisa mencapai dibawah level Rp9.000 per dolar AS kemungkinan akan tercapai, katanya. Dia mengatakan, indikator ekonomi nasional yang terus membaik juga merupakan salah satu pendukung rupiah untuk bisa kembali di bawah level Rp9.000 per dolar AS, namun faktor eksternal yang sering kali negatif cenderung lebih kuat sehingga rupiah terkoreksi. Namun faktor eksternal itu yang negatif kadang juga positip yang memicu rupiah menguat, sehingga pergerakan rupiah sampai saat ini masih berkisar di level Rp9.000 per dolar AS hingga Rp9.100 per dolar AS, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006