Pemikiran-pemikiran `Pak Tandyo` banyak yang masih relevan dalam kondisi kekinian Indonesia,"

Jakarta (ANTARA News) - Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan gagasan untuk membentuk "Soetandyo Center" guna mengembangkan pemikiran Prof Soetandyo Wignjosoebroto, pendiri fakultas itu.

"Dalam kaitan itu, alumni Fisip-Unair yang berada di Jabodetabek, telah bertemu dengan pimpinan dan dosen senior guna diminta masukan untuk mewujudkan gagasan itu," kata Dr Triyoga "Abeng" Budiprasetyo,

Koordinator sementara Ikatan Alumni (IKA) Fisip Unair Jabodetabek di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, pada Sabtu (14/12) sekitar 30 alumnus telah berdiskusi dengan Dekan Fisip Unair Prof I Basis Susilo, didampingi Guru Besar Sosiologi Prof Hotman Siahaan, Wakil Dekan III Vincensio Dugis, dosen senior Priyatmoko, MA, dan Ketua IKA Fisip Unair Moh Maksum di Jakarta.

Guru Besar Fisip Unair Soetandyo Wignjosoebroto yang merupakan pakar sosiologi hukum wafat di usia 80 tahun, pada 2 September 2013 setelah dirawat di Rumah Sakit Elizabeth Semarang, Jateng.

Ia menjelaskan, saat bertemu alumni Jabodetabek, Dekan Fisip I Basis Susilo menjelaskan bahwa pihak fakultas telah mendapatkan banyak aspirasi bagaimana memberikan penghargaan dan penghormatan kepada "Pak Tandyo" --sapaan karib Soetandyo Wignjosoebroto--sehingga pemikiran-pemikiran almarhum mengenai banyak tentang keilmuan dan kebangsaan serta Indonesia masa depan dapat terus digali.

"Karena itulah, kami dari fakultas ingin mencari berbagai masukan, termasuk berdiskusi dengan para alumni di Jabodetabek, guna segera merealisasikan gagasan mendirikan semacam Soetandyo Center atau Soetandyo Foundation," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Sosiologi Hotman Siahaan menambahkan bahwa begitu banyak karya almarhum, baik buku koleksi perpustakaan, dan karya ilmiah lainnya, yang masih tersimpan di rumah dinas di kawasan Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.

"Anak-anak almarhum menceritakan buku-buku beliau harus ditaruh di mana, sehingga memang segera dibutuhkan untuk penyelamatan karya-karya beliau agar tidak hilang," katanya.

Untuk itu, ia mengusulkan agar rumah dinas almarhum semasa hidupnya bisa menjadi kantor "Soetandyo Center" itu, karena ada peraturan universitas bahwa rumah dinas yang sudah ditempati mesti ditinggalkan keluarga penghuninya.

"Jadi, saya kira, alumni bisa mengusulkan kepada fakultas dan universitas agar rumah dinas beliau bisa menjadi kantor bagi kepentingan pengembangan pemikiran almarhum Prof Soetandyo," katanya.

Ia menambahkan, dalam kaitan itu, sudah ada dukungan dari sejawat almarhum sewaktu di Komnas-HAM, yakni Marzuki Darusman untuk bisa membantu mewujudkannya.

Selain itu, kata dia, dari unsur Universitas Surabaya (Ubaya), di mana Soetandyo Wignjosoebroto juga mengajar, pun telah memberikan sinyal akan berkontribusi.

Dosen senior Fisip Unair Priyatmoko pun senada dengan Hotman Siahaan bahwa dengan adanya "Soetandyo Center" itu, selain sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi almarhum dalam keilmuan, juga untuk menggali dan mengembangkannya di masa kini dan depan.

"Karena pemikiran-pemikiran Pak Tandyo banyak yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa hingga jauh ke depan," katanya.

Ketua IKA Fisip Unair Muh Maksum menambahkan bahwa dengan dukungan alumni, diharapkan gagasan itu dapat segera diakselerasi untuk diwujudkan.

"Makanya kami datang bertemu alumni, untuk mendapatkan masukan dan dukungan," katanya.

Salah satu alumni yang kini menjadi peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nur Hasyim juga sepakat bahwa keberadaan "Soetandyo Center" itu akan punya kontribusi positif pada kehidupan kebangsaan di masa depan.

"Pemikiran-pemikiran Pak Tandyo banyak yang masih relevan dalam kondisi kekinian Indonesia," katanya.

Koordinator sementara IKA Fisip Unair Jabodetabek Triyoga "Abeng" Budiprasetyo mengatakan, guna menyiapkan gagasan itu, bagi alumni yang ingin memberikan masukan dan pemikiran, bisa melalui email: tri_yoga_budi@yahoo.co.id atau melalui email Wakil Dekan III Fisip Unair vinsensio.dugis@fisip.unair.ac.id.

Dalam penjelasan kepada media terkait meninggalknya Soetandyo Wignjosoebroto beberapa waktu lalu, Dekan Fisip Unair I Basis Soesilo menyatakan berkat jasa almarhum fakultas itu bisa hadir.

Almarhum disebutnya sosok yang menjunjung kemajemukan, ilmunya tidak terkotak-kotak, sehingga kepemimpinannya sangat baik, serta dikenal dengan kesederhanaan hidupnya, sehingga menjadi teladan murid-muridnya dan juga sejawatnya.

(A035/H-KWR)

Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013