"Jika perlintasan Kerem Shalom dan Rafah tidak dibuka kembali untuk pasokan bahan bakar dan kemanusiaan, akibatnya akan segera terasa: layanan pendukung kehidupan bagi bayi prematur akan kehilangan tenaga; anak-anak dan keluarga akan mengalami dehidrasi atau mengonsumsi air yang berbahaya; limbah akan meluap dan menyebarkan penyakit lebih lanjut,” kata Russel melalui sebuah pernyataan.
Russel menekankan bahwa penundaan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa dan memohon agar segera dilakukan (pembukaan kembali perlintasan).
"Seperti ini, lebih banyak waktu terbuang, akan lebih banyak nyawa yang hilang," lanjutnya.
Dia menekankan bahwa fasilitas penting seperti rumah sakit, pusat layanan kesehatan utama, mesin desalinasi air, pompa limbah, dan sistem pengumpulan limbah berisiko kehabisan bahan bakar dalam hitungan hari, bahkan jam.
Russel menyeru otoritas berwenang terkait untuk mengambil tindakan cepat dan tegas untuk mencegah bencana kemanusiaan.
“Saya sangat mendesak pihak berwenang terkait untuk memberikan tindakan yang dapat ditindaklanjuti dan jaminan nyata kepada para aktor kemanusiaan untuk menyediakan pergerakan kargo kemanusiaan yang aman dan terjamin, melalui semua rute, ke dalam dan di dalam Jalur Gaza,” katanya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: UNICEF minta Israel menahan diri untuk invasi "Kota Anak" Rafah
Baca juga: UNICEF sebut 13.000 lebih anak di Gaza terbunuh
Baca juga: UNICEF: Kematian anak-anak di Gaza diperkirakan meningkat pesat
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024