Cibinong (ANTARA News) - Tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang melakukan ekspedisi di kawasan gua dan karst di Maros, Sulawesi Selatan, menemukan biota baru yang pertama dilaporkan di dunia, yakni sejenis isopoda air tawar
(cirolama marosiana).
"Beberapa biota karst yang berhasil diidentifikasi oleh peneliti LIPI di Maros, diantaranya berupa sejenis Isopoda air tawar
(cirolama marosiana), jenis ini buta dan putih, serta merupakan temuan baru di dunia yang selama ini belum pernah ditemukan isopoda air tawar di dalam gua," kata Kepala Pusat Penelitian (Puslit) Biologi LIPI, Dr Dedy Darnaedi, Selasa.
Puslit Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Gedung Widyasatwaloka Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Selasa siang menjadwalkan pengumumuman temuan itu sekaligus ekspose berbagai keragaman biota di kawasan karst hasil ekspedisi di Maros (Sulawesi Selatan) dan Pegunungan Sewu (Jawa).
Dalam ekspedisi di Maros, kata dia, menemukan biota karst lain yang berhasil diidentifikasi, diantaranya ikan gua
(bostrychus sp) yang buta, bertubuh transparan, dan tinggal di gua Saripa dari danau yang dalamnya lebih dari 20 meter, serta diduga merupakan spesies baru.
Selain itu, para peneliti LIPI menemkan pula kelelawar berhidung cabang
(nycimene cephalotes) dan kelelawar jenis
hipposideros dinops yang endemik Sulawesi, serta kepiting laba-laba
(cancrocaeca xenomorpha), spesies baru dari gua Maros.
Temuan lain berupa sejenis kumbang buta dari gua Saripa, beberapa jangkrik gua
(rhaphidophora sp.) yang belum teridentifikasi, serta jenis baru labah-labah gua
(heteropoda beroni) yang berukuran besar.
LIPI dalam ekspedisi di Pegunungan Sewu, kata Dedy Darnaedi, menemukan sejenis ikan air tawar endemik, yaitu
punitius microps yang telah dikategorikan sebagai hewan yang terancam punah menurut Lembaga Konvensi Satwa Punah Dunia (IUCN) pada 1990.
Dari ikan tersebut, katanya, diperoleh spesimen yang karakter morfologinya menunjukkan telah teradaptasi dalam lingkungan gua, seperti
punitius microps.
"Untuk meyakinkannya, spesimen masih dalam proses identifikasi lebih dalam, agar secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan," katanya.
Tim peneliti juga menemukan udang gua
(macrobrachium poeti) dan kepiting gua
(sesarmoldes jacobsoni) yang disebutnya "sangat menggembirakan".
"Paling tidak, ini dapat mengindikasikan bahwa keadaan gua dari ikan gua, udang gua dan kepiting gua masih bagus," katanya.
Selain itu, ia mengemukakan, di dasar terowongan bawah permukaan (luweng) itu dapat dikoleksi tikus
(rattus tiomanicus), dan temuan itu juga merupakan hasil yang pertama kali. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006