PBB, New York (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa (7/5) kembali mendesak Israel dan Hamas agar menunjukkan "keberanian politik" dan berupaya mencapai gencatan senjata, seiring ketegangan yang terus meningkat di Gaza.
Ketika berbicara kepada para reporter di markas besar PBB di New York, Guterres menyoroti situasi kritis di Jalur Gaza, terutama di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan saat ini kewalahan menampung para pengungsi Palestina.
Guterres mengungkapkan kekhawatirannya perihal situasi kemanusiaan tersebut, sembari mengatakan bahwa bantuan esensial dan pasokan bahan bakar hampir habis.
"Penutupan perlintasan Rafah dan Karem Shalom sangat memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat memprihatinkan. Kedua perlintasan itu harus segera dibuka kembali," ujarnya.
Dengan lebih dari 1.100 warga Israel dan 34.000 warga Palestina yang dilaporkan tewas akibat konflik terbaru ini, Guterres menekankan begitu besarnya dampak yang ditimbulkan dari kekerasan yang sedang berlangsung tersebut.
"Belum cukupkah kita melihatnya?" kata Guterres mempertanyakan. Ia menekankan pentingnya kedua pihak untuk melakukan diplomasi, alih-alih melanjutkan eskalasi.
Guterres memperingatkan, "Lebih banyak lagi korban sipil yang tidak terhitung jumlahnya. Lebih banyak lagi keluarga yang terpaksa kembali mengungsi, tanpa ada tempat aman untuk dituju. Karena tidak ada tempat yang aman di Gaza."
Pernyataan Guterres itu mencerminkan kekhawatiran mendalam perihal dampak konflik tersebut, tidak hanya di Gaza, tetapi juga Timur Tengah yang lebih luas.
"Bahkan sahabat-sahabat akrab Israel telah menyatakannya dengan jelas: Serangan terhadap Rafah akan menjadi kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan," tuturnya.
Ia menyerukan kepada mereka yang memiliki pengaruh terhadap Israel agar membantu mencegah timbulnya tragedi lebih lanjut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024