"Kami tidak bersedia diadakan otopsi, karena otopsi bukan satu satunya bukti adanya kekerasan yang dilakukan dalam ospek," kata Subhan paman almarhum di Mataram, Sabtu.
Keluarga meminta kepada pihak kepolisian untuk mengumpulkan bukti lain, seperti memperkuat keterangan saksi dan keterangan panitia kemah bakti ITN Malang.
Subhan menganggap bahwa proses otopsi merupakan pekerjaan yang sia-sia. Pada beberapa kasus misalnya, hasil otopsi sering kali tidak dapat diumumkan meskipun prosesnya telah dilakukan.
Sebelumnya, lanjut dia, pihak keluarga telah berkonsultasi pada beberapa ahli seperti Komnas HAM. Mereka menyatakan bahwa tidak perlu diadakan otopsi.
Sementara itu, Muchsir ayah almarhum Fikri mengaku pasrah atas kematian sang anak. Keluarga tidak mengizinkan otopsi karena tidak ingin kembali melakukan kekerasan dan melukai jenazah Fikri.
Namun demikian, keluarga tetap menuntut agar polisi mengusut tuntas penyebab kematian Fikri dan memprosesnya secara hukum yang berlaku.
Keluarga juga meminta kepolisian untuk melakukan investigasi mendalam terkait kasus ini. Jika ditemukan bukti tindak kekerasan, pihak keluarga meminta agar pelaku diberikan hukuman setimpal.
"Saya berharap mudah-mudahan kasus ini bisa diselesaikan secara hukum supaya jangan terjadi kasus Fikri-Fikri yang lain itu harapan saya," kata Muchsir.
Pewarta: Siti Zulaeha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013