Kita harus selalu dialog karena bangsa yang beradab menyelesaikan konflik secara beradab dengan dialog,
Jakarta (ANTARA) - Pembekalan gabungan perwira TNI-Polri yang dikemas dalam Program Kegiatan Bersama (PKB) Kejuangan diharapkan menjadi bekal bagi para perwira calon pemimpin satuan untuk mencegah dan mengurangi bentrok antara prajurit dan polisi di tingkat bawah.
Publik tentu masih ingat rentetan insiden bentrok antara prajurit TNI dan polisi di beberapa daerah sepanjang 2023–2024, mulai dari yang terbaru insiden di Sorong pada 14 April 2024, kemudian insiden di Jayawijaya pada 2 Maret 2024, insiden di Jeneponto pada 27 April 2023, kemudian bentrok antara prajurit dan polisi di Kupang pada 19 April 2023.
Rentetan peristiwa itu, termasuk insiden bentrok antara TNI-Polri pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan sinergitas dan soliditas TNI dan Polri butuh aksi-aksi yang konkret.
Pasalnya, hubungan harmonis pejabat TNI dan Polri di tingkat pimpinan mulai dari Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, ternyata tak cukup untuk bisa cepat memadamkan percikan-percikan konflik, yang terkadang muncul akibat perkara-perkara salah paham.
Oleh karena itu, sinergitas dan soliditas antara TNI dan Polri tak cukup sebatas slogan, tetapi juga harus diterjemahkan dalam kegiatan yang dapat menyatukan dua institusi itu secara menyeluruh.
Di Markas Komando Sekolah Staf Komando TNI Angkatan Laut (Mako Seskoal), Jakarta, medio pekan ini, 1.000 lebih perwira TNI dan Polri duduk bersama menerima pembekalan dari tiga pembicara, yaitu Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI Laksamana Madya TNI Maman Firmansyah, kemudian Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan RI Donny Ermawan Taufanto, dan Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kasespim Lemdiklat) Polri Irjen Pol. Prof. Chryshnanda Dwilaksana.
Dalam pembekalan itu, sinergitas dan soliditas jadi fokus utama tiga pembicara. Kegiatan itu sendiri mengangkat tema “Sinergitas TNI-Polri Siap Mewujudkan Pertahanan dan Keamanan yang Tangguh untuk Indonesia Maju”.
Komandan Sekolah Staf dan Komando (Dansesko) TNI Marsekal Muda TNI Arif Widianto menjelaskan pembekalan gabungan itu merupakan salah satu cara memupuk soliditas dan sinergitas kepada para perwira yang merupakan calon pimpinan/komandan satuan.
Selama pendidikan, peserta sudah diajarkan sinergitas dan soliditas sehingga implementasi di lapangan diharapkan akan terjadi.
Sementara itu, Irjen Pol. Chryshnanda, salah seorang pemateri, menjelaskan pembekalan itu merupakan bentuk literasi kepemimpinan untuk para calon pemimpin.
“Kita boleh katakan dalam konteks ini bagaimana (para peserta pembekalan) selalu tercerahkan karena pemimpin ini Sang Pencerah, (mereka) akan menjadi inspirator, bagaimana mereka diharapkan selalu bisa memberdayakan, dan mulai paham keutamaan,” kata Chryshnanda, perwira tinggi Polri yang saat ini juga menyandang titel profesor.
Oleh karena itu, para perwira TNI dan Polri selama pembekalan pun diajarkan untuk mengedepankan dialog dan membina komunikasi yang erat antara satu sama lain. Harapannya, saat mereka memimpin satuan, semangat untuk terus solid dan bersinergi pun ditularkan ke jajaran anggotanya.
“Kalau tadi dikatakan yang di bawah (rentan bentrok, red.), itu karena tak kenal, tak kenal maka tak sayang. Kita harus selalu dialog karena bangsa yang beradab menyelesaikan konflik secara beradab dengan dialog,” kata Chryshnanda.
Prabowo-Jokowi jadi contoh
Dalam acara pembekalan, momen bersatunya Prabowo Subianto, yang saat ini presiden terpilih, dan Presiden RI Joko Widodo menjadi sorotan.
Plt. Sekjen Kemhan RI dalam materi pembekalannya menampilkan foto Prabowo dan Jokowi saat keduanya rekonsiliasi selepas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. “Saya rasa ini sangat ikonik. Ini kejadian tahun 2019, Bapak Presiden terpilih saat itu, Bapak Presiden Jokowi, mengajak Bapak Prabowo bertemu. Ini baru selesai Pemilu tanggal 12 Juli 2019. Kalau tidak salah, akhir bulan Juni waktu itu diputuskan KPU presiden terpilih Bapak Jokowi. Jadi belum sampai 2 minggu, pertemuan ini terlaksana,” kata Donny kepada para perwira.
Bersatunya dua rival kuat yang bertarung habis-habisan saat Pilpres 2019 itu dinilai patut menjadi contoh.
“Tidak banyak kejadian seperti ini di luar negeri. Bagaimana antara rival yang bertanding, kemudian selesai bertanding, bisa bergabung menjadi satu,” sambung dia.
Dari peristiwa itu, Donny kepada para perwira TNI dan Polri menekankan ada pesan penting yang perlu direnungkan bersama-sama, yaitu pentingnya menekan ego sektoral, ego pribadi, demi kepentingan bangsa dan negara.
“Itu satu hal yang luar biasa, yang menurut saya menjadi pelajaran yang bisa kita ambil untuk semua. Mari kita tinggalkan ego kita untuk bersatu,” pesan Donny kepada para perwira siswa dan peserta didik yang mengikuti pembekalan.
Dia juga memberi kiat-kiat bagaimana meneruskan semangat soliditas dan sinergitas TNI-Polri agar juga dirasakan sampai tingkat bawah.
Para perwira itu, jika nanti mereka memimpin pasukan/satuan, agar sering-sering menggelar kegiatan bersama sehingga terjalin persahabatan yang konkret antara jajaran prajurit TNI dan polisi.
Seluruh perwira, baik dari TNI maupun Polri, diingatkan untuk tidak merasa lebih berkuasa karena jika di level pimpinan arogansi itu terlihat, maka besar peluang ada kebencian yang tumbuh di kalangan anggota yang mereka pimpin.
“Kita, yang merasa punya kekuatan atau punya power, jangan saling merasa dirinya lebih, (karena) demikian juga yang di bawah, kemudian merasa benci dan sebagainya,” pesan Donny kepada para perwira.
Para perwira TNI dan Polri yang merupakan calon-calon pimpinan, diharuskan memahami tugas mulia yang diemban bersama, yaitu menjaga keutuhan bangsa dan negara, serta melindungi rakyat.
“Kita punya tugas yang lebih mulia daripada hanya sekadar konflik antarkita,” ujar Donny menutup paparannya saat acara pembekalan.
Pembekalan Program Kegiatan Bersama (PKB) Kejuangan Tahun 2024 diselenggarakan oleh TNI dan Polri di Mako Seskoal, Jakarta, Rabu. Acara itu diikuti oleh 1.188 dosen, pengasuh, serta perwira siswa dan peserta didik dari Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri, Sesko TNI AD, Sesko TNI AL, Sesko TNI AU, dan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri. Dari jumlah itu, ada juga perwira dari negara-negara sahabat, di antaranya dari Asia Tenggara dan Eropa.
Pembekalan gabungan tentu bukan satu-satunya cara untuk mencegah bentrok kembali berulang. Namun, jika kegiatan semacam itu digelar secara konsisten dan berkelanjutan di seluruh tingkatan, mulai dari perwira, bintara, dan tamtama, ke depan TNI dan Polri yang solid dan bersinergi bukan lagi sebatas slogan dan jargon belaka.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024