Makassar (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan Bersama Tim SAR Gabungan memfokuskan penanganan di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, mengingat masih ada 12 desa yang terisolir akibat dilanda bencana banjir dan tanah longsor pada Jumat (3/5).

"Fokus kita di Luwu, di Kecamatan Latimojong. Untuk pencarian sudah selesai, karena yang dinyatakan hilang sudah ditemukan semua. Jadi kita praktis hanya untuk mendistribusikan logistik saja untuk warga yang terisolir di 12 desa tersebut," kata Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Amson Padolo saat konferensi pers di Posko Utama Tanggap Darurat Bencana Longsor dan Banjir secara virtual, Rabu.

Ia menjelaskan, pihaknya bersama unsur terkait telah melakukan pertemuan dan mengevaluasi penanganan bencana dengan menitikberatkan pada pendistribusian logistik melalui operasi udara bagi warga yang masih terisolir.

"Di posko ini kita juga bentuk Satgas Operasi Udara di komando unsur TNI Angkatan Udara. Saat ini di Luwu ada beberapa helikopter yang mendistribusikan logistik maupun mengevakuasi," paparnya.

Terkait enam daerah yang juga terdampak bencana selain Kabupaten Luwu, seperti Kabupaten Enrekang, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Sinjai, menurut Amson sudah dalam tahap aman dan terkendali.

Sementara Penjabat (Pj) Bupati Luwu Muhammad Saleh menyampaikan, dari 12 desa di Kecamatan Latimojong yang terisolasi, baru satu desa yang bisa diakses melalui jalur darat, selebihnya menggunakan helikopter.

"Yang sudah biasa diakses lewat darat baru satu desa, Desa Tadundung, itu sudah kita buka dan sampai ke Sungai. Kemudian, hari ini sudah ada beberapa alat berat bekerja. Sampai saat ini, sisa empat desa yang belum didarati oleh helikopter," ujarnya.

Berdasarkan data kependudukan, Kecamatan Latimojong berada di wilayah pegunungan dengan 12 desa yakni Desa Rante Balla, Kadundung, Ulusalu, Lambanan, Tabang, Boneposi,Pangi, Pajang, Buntu Sarek, To'barru, Tibussan dan Tolajuk. Jumlah total penduduknya sebanyak 6.609 jiwa dengan 2.028 kepala keluarga (KK).

"Hari ini kita berupaya bagaimana nanti evakuasi, memenuhi kebutuhan pokoknya melalui darat atau udara. Tercatat, ada 17 tiang listrik yang rusak sehingga seluruh jaringan tidak bisa terakses," katanya.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Suryadarma Hasyim, mewakili Kementerian Prasarana Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan telah menurunkan unit kerja dan tim sudah berada di lokasi terdampak.

"Untuk tanggap darurat 3-16 Mei ini yang bisa kita nilai menjadi prioritas untuk penanganan tingkat kerusakan air baku di Pakebanan yang di Sungai Suli. Itu sekitar 4.800 rumah terdampak karena terjadi gangguan kerusakan pada sarana integriti," ungkapnya.

Kendati demikian, pihaknya sudah melakukan survei lapangan bersama PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dengan dukungan Pj Bupati Luwu berencana pengadaan pompa air sebanyak tiga unit dengan kapasitas 20 liter per detik yang akan digunakan untuk suplai sementara air bersih kepada warga terdampak.

Selanjutnya penanganan prioritas adalah untuk tanggul jebol pada bendungan Sabo Dam Radda yang diterjang banjir.

"Untuk kami sendiri ada dana tanggap darurat senilai Rp5 miliar, itu sudah bisa kita gunakan," ucapnya.

Baca juga: SAR Gabungan evakuasi 10 warga terisolasi terdampak bencana Luwu

Baca juga: 27 korban banjir dari daerah terisolasi dibawa ke rumah sakit Luwu

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024