Lashkar Gah, Afghanistan (ANTARA News) - Seorang yang diduga pembom bunuh diri menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai hampir 50 orang di sebuah pasar yang amat ramai di Afghanistan selatan, Senin, serangan terakhir dalam gelombang kekerasan di markasbesar Taliban itu. Beberapa anak, termasuk di antara mereka yang tewas atau terluka dalam ledakan di Lashkar Gah, ibukota provinsi Helmand itu. Kepala rumah sakit darurat kota itu, Rahmatullah, mengatakan sedikitnya 47 orang terluka, semua dari mereka warga sipil. Satu dari mereka yang tewas adalah Naw Khan Noorzai, kepala polisi provinsi itu tahun 1990-an, kata jurubicara pemerintah Helmand. "Ada insiden bunuh diri, tapi kami tidak tahu apa sasarannya," katanya dikutip Reuters. Seorang pejabat lainnya mengatakan bom itu mungkin meledak secara dini. Sejak kejatuhan mereka pada 2001, Taliban dan sekutu Islam garis keras mereka telah melakukan sejumlah serangan bunuh diri terhadap pasukan Afghanistan dan asing, sering menewaskan banyak warga sipil juga. Pertempuran di Afghanistan sekarang ini adalah yang terburuk sejak 2001, sebagian besar di selatan dan timur yang berbatasan dengan atau dekat Pakistan, bekas pendukung Taliban yang dituduh oleh beberapa pemimpin dan pejabat intelijen Afghanistan masih mendukung bekas anak didiknya itu. Sekitar 2.000 orang, sebagian besar dari mereka gerilyawan, tapi juga warga dipil, pekerja bantuan, tentara Afghanistan dan lebih dari 90 tentara asing tewas tahun ini. Kekerasan itu merupakan adonan penentangan terhadap pemerintah Afghanistan dan pasukan asing, perdagangan obat bius, perang suku dan kejahatan. Taliban, yang membantah menyerang warga sipil, tidak dapat dihubungi dengan segera untuk dimintai komentarnya. Serangan Senin itu merupakan satu dari yang terburuk yang melibatkan warga sipil dalam beberapa bulan belakangan ini. Tiga pekan lalu, sedikitnya 21 warga sipil tewas di provinsi Kandahar, yang berbatasan dengan Pakistan, ketika seorang pembom bunuh diri menyerang patroli NATO. Kekerasan yang meningkat di selatan juga terjadi ketika pasukan NAT0 (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) mengambilalih wilayah itu dari pasukan AS untuk memungkinkan Washington mengurangi jumlah tentaranya di Afghanistan. Beberapa tentara NATO, kebanyakan warga Inggris dan Kanada, telah tewas sejak aliansi itu mengambilalih pada 31 Juli dalam operasi darat terbesarnya dalam sejarahnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006