George Town, Penang, (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Penang melakukan kampanye bersama Bank Negara Malaysia (BNM) untuk mendorong entitas bisnis serta masyarakat di Penang, Malaysia bertransaksi menggunakan mata uang lokal (LCT).

Direktur Departemen Internasional Bank Indonesia Ita Vianty di sela-sela “Joint Campaign to Promote the Implementation of Local Currency Transaction” di George Town, Penang pada Selasa mengatakan BI melakukan kampanye karena menilai potensi besar penggunaan mata uang lokal di Penang.

“Karena banyak penduduk Indonesia yang datang ke Penang, salah satunya mungkin kita semua tahu untuk berobat ke rumah sakit di Penang, dan itu berdasarkan permintaan dari beberapa entitas bisnis, pemangku kepentingan, masyarakat yang melakukan kunjungan ke Penang,” kata Ita.

Menurut Ita, mereka sangat ingin transaksi dengan menggunakan mata uang lokal dapat lebih ditingkatkan. Selain itu juga agar pelaku usaha di Penang bisa memahami kerangka kerja LCT sehingga nanti bisa bertransaksi menggunakan ringgit Malaysia (RM) maupun rupiah (Rp) menjadi lebih lancar.

Dia mengatakan BI melihat kerangka kerja LCT sangat berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat karena biaya transaksi menjadi lebih efisien.

Survei yang BI lakukan pada 2019 mencatat hampir 80 persen masyarakat belum mengetahui kerangka kerja LCT itu.

“Dan kalau kita tanya lebih dalam, mereka sangat tertarik untuk menggunakan. Makanya kita melihat potensi penggunaan mata uang lokal sangat besar,” jelas Ita.

Dia mengatakan BI melihat kesadaran mengenai manfaat dari kerangka kerja LCT itu perlu terus didengungkan kepada masyarakat sehingga mereka mendapat pengetahuan yang cukup dan dapat memutuskan menggunakan transaksi mata yang lokal.

Sejauh ini, jelas dia, pelaku usaha atau masyarakat yang sudah menggunakan mata uang lokal merasa memiliki manfaat yang menjanjikan sehingga berusaha menggunakan rupiah, ringgit atau mata uang lain yang sudah ada kerja sama karena menguntungkan secara bisnis.

Sementara itu, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Penang Wanton Saragih yang juga hadir dalam kegiatan itu mengatakan kerangka kerja LCT sudah diluncurkan sejak 2018, namun dalam rangka penerapannya masih perlu sosialisasi ke berbagai lini seperti para pemangku kepentingan di dunia usaha.

Menurut dia, untuk mengubah kerangka berpikir memang tidak mudah, ada banyak tantangan, karena selama ini bertransaksi dengan dolar AS.

Namun, dia mengatakan kerangka kerja LCT itu harapannya bisa dibuat skema secara jangka panjang dan pendek. Jika dalam jangka panjang berarti secara luas menyangkut dunia usaha, traders (importir atau eksportir) menggunakan mata uang lokal, rupiah atau ringgit Malaysia.

Sedangkan dalam jangka waktu pendek, menurut dia, yang perlu disasar terkait pelaksanaan LCT tersebut yakni mengupayakan pemberlakuan di rumah sakit-rumah sakit di Penang.

“Masyarakat kita kan merasa benar-benar membutuhkan sesuatu yang ‘real’ di lapangan. Bila perlu ketika dia datang ke rumah sakit (di Penang) tinggal bayar rupiah kan terasa meringankan dari pada harus dikonversikan dulu ke ‘money changer’,” ujar dia.

KJRI Penang, menurut dia, akan melakukan pendekatan terhadap rumah sakit-rumah sakit di sana untuk lebih peduli dengan skema LCT tersebut.

Kampanye bersama BI dan BNM yang mempromosikan implementasi LCT dengan mengangkat tema “Beyond borders: Unlocking Opportunities with Local Currency Transactions” itu menghadirkan sejumlah pembicara dari BI, BNM dan bank-bank di Malaysia, serta diikuti puluhan perwakilan dari entitas bisnis yang ada di Penang hingga Kedah.

Baca juga: PAL dan LUNAS Malaysia MoU bidang teknologi di DSA 2024

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2024