Hal ini dikatakan Perwakilan dari Kementerian Luar Negeri RI, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Sulistiowati di acara Simposium Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, Mensinergikan Peluang dan Tantangan, yang digelar di Hotel Bumi Surabaya, Kamis.
Dengan demikian, lanjut dia, pihaknya berharap pada tahun mendatang akan banyak lagi perempuan yang menempati bidang strategis semakin banyak.
"Isu pengarusutamaan Gender merupakan tantangan bagi kita semua untuk terus meningkatkan jumlah perempuan menempati posisi strategis," katanya.
Untuk itu, kata dia, pihaknya berharap hasil dari simposium ini mampu menemukan solusi yang positif dan konstruktif sehingga Indonesia bisa menjadi barometer dunia dalam pengarusutamaan Gender.
Simpoium ini merupakan salah satu bentuk kerjasama bilateral dengan Negara-negara Asia Selatan dan Tengah. Negara-negera peserta simposium Afghanistan, Azerbaijan, Bangladesh, Bhutan, India, Iran, Kazakhstan, Kyrgzstan, Maladewa, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama di masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan sosial, politik, dan ekonomi bangsa, dengan mengintegrasikan perspektif gender ke dalam proses pembangunan di setiap bidangnya.
Kesetaraan dan keadilan gender menghendaki laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut serta dalam proses pembangunan, akses yang sama terhadap pelayanan serta memiliki status sosial dan ekonomi yang seimbang.
Asisten Kesejahteraan Rakyat, Sekretaris Kota Surabaya, Eko Hariyanto mengatakan Kota Surabaya dipilih menjadi tuan rumah simposium karena berkat kepedulian terhadap pengarusutamaan Gender.
Ia mengatakan bahwa kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI selama ini terjalin dengan baik sehingga kegiatan ini bisa digelar di Surabaya. Hal ini sangat bagus, semakin banyak pejabat Negara-negara berkunjung ke Surabaya.
"Sehingga, Surabaya bisa lebih banyak lagi melakukan kerja sama dengan negara-negara lain. Di Kota Surabaya perempuan sudah banyak menempati posisi strategis di Pemerintahan. Hal ini mennujukkan Kota Surabaya sangat memberikan ruang terhadap perempuan," katanya.
Disamping itu, lanjut Eko, pemberdayaan perempuan yang telah dilakukan Kota Surabaya menjadi salah satu poin Kemenlu RI menunjuk Surabaya sebagai tuan rumah kegiatan ini. "Mulai dari program responsif Gender Pemkot Surabaya sudah dianggarkan dalam APBD. Di semua lini pun pengarusutamaan Gender juga telah dilakukan sejak lama. Tak salah, apabila Surabaya menjadi jujugan daerah lain untuk belajar," jelasnya.
Eko menjelaskan dihadapan para peserta simposium bahwa dalam pelaksanaan PUG ini, Pemerintah Kota Surabaya setiap tahunnya melatih ibu-ibu dari keluarga miskin untuk meningkatkan ekonomi keluarganya guna meningkatkan ketrampilan diri sebagai bekal bekerja dan berwirausaha.
"Disamping itu terus mendorong munculnya kelompok-kelompok usaha baru serta meningkatkan kualitas dan kemandirian kehidupan perempuan keluarga miskin. Hal ini bertujuan agar kaum perempuan juga mampu mandiri, bekerja dan berwirausaha. Kebijakan dan pelayanan publik serta program yang adil dan responsif gender akan membuahkan manfaat yang adil bagi seluruh rakyatnya," katanya.(*)
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013