Surabaya, (ANTARA News) - Guru besar Teknik Kimia FTI ITS Surabaya Prof Dr Ir Suprapto DEA akan segera mempatenkan desain pengolah limbah gas industri yang telah ditelitinya selama empat tahun. "Saya sudah mempunyai paten untuk kontaktor dari reaktor kimia dan paten yang akan menyusul untuk desain pengolah limbah gas industri," ujar manajer HKI (hak kekayaan intelektual) dan Promtek (promosi iptek) LPPM-ITS Surabaya itu di kampus setempat, Senin (28/8). Menjelang pengukuhan dirinya sebagai guru besar ke-48 ITS pada 30 Agustus itu, ia menjelaskan peneliti di lingkungan ITS Surabaya saat ini sudah memiliki 28 paten yang jumlahnya cukup besar untuk sebuah perguruan tinggi. "HKI memang belum banyak dipahami masyarakat, termasuk masyarakat perguruan tinggi, karena itu saya menulis pidato pengukuhan tentang Valuation of Research and Creativity (VRaC) yakni bagaimana memberi nilai atau arti untuk sebuah penelitian," ungkapnya. Menurut anggota Tim Inti Asosiasi Pengelola HKI Ditjen Dikti Depdiknas RI itu, VRaC dapat dilakukan dengan HKI, sebab tanpa hal itu hanya akan memposisikan iptek sebagai hal yang tak dapat dikembangkan atau hanya disimpan saja. "Untuk ke arah VRaC itu, saya menyarankan empat langkah yakni riset sejak awal sudah diarahkan untuk mendapatkan HKI, karena itu penelitian harus diawali dengan melihat database HKI agar tidak ada penelitian atau kreatifitas yang sama," ucapnya. Langkah berikutnya, katanya, perlunya proteksi melalui pengukuran klaim yang tepat, pengaturan kebijakan untuk hasil penelitian jika dimanfaatkan orang lain, dan perlunya memperkuat kelembagaan HKI di universitas melalui pemahaman HKI kepada sivitas akademika. "Kita sebenarnya memiliki potensi besar untuk mengembangkan HKI, namun pemahaman kita terhadap HKI yang belum ada dan banyak diwarnai salahpaham, padahal kalau kita benar-benar paham akan dapat mengembangkan iptek lewat paten yang ada," tegasnya. Guru besar reaktor kimia itu sendiri merupakan guru besar ke-8 di jurusan Teknik Kimia ITS Surabaya yang lulus dari Teknik Kimia di ITS pada 1985, kemudian melanjutkan S-2 dan S-3 di Perancis, bahkan dia menjadi dosen berprestasi di ITS pada 2004, 2005, dan 2006.(*)
Copyright © ANTARA 2006