Jakarta (ANTARA) - Konsul Haji pada Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, Nasrullah Jasam, meminta para pemimpin maktab untuk memahami latar belakang jamaah calon haji Indonesia saat akan memberikan layanan.
"Yang mencakup kultur, budaya, pendidikan, termasuk usia dan profesi. Jamaah haji Indonesia sangat beragam. Dari sisi pendidikan ada yang hanya lulusan sekolah dasar, ada juga yang guru besar. Secara kultur juga beragam karena mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia," ujar Nasrullah dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Pesan tersebut disampaikan Nasrullah saat memberikan materi pada Bimbingan Teknis terintegrasi yang diselenggarakan KUH KJRI bersama Masyariq (perusahaan penyedia layanan di Arab Saudi) di Jeddah.
Jamaah calon haji Indonesia terbagi dalam 73 maktab. Maktab adalah pihak ketiga yang diberi amanah Masyariq untuk memberikan layanan kepada jamaah.
Untuk menjalankan tugasnya, maktab harus memiliki izin dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Setiap maktab mengutus tiga orang, terdiri atas ketua dan dua wakil. Sehingga, total ada 219 peserta dari 73 maktab yang mengikuti Bimtek.
Baca juga: Menag bertolak ke Saudi cek persiapan akhir layanan di tanah suci
Tahun ini Indonesia mendapat 241.000 kuota, terdiri atas 213.320 haji reguler dan 27.680 haji khusus. Nasrullah Jasam mengatakan dari sisi usia, ada sekitar 45.000 peserta haji Indonesia yang masuk kategori lansia (65 tahun ke atas).
"Jamaah haji Indonesia sangat beragam. Dari sisi pendidikan ada yang hanya lulusan sekolah dasar, ada juga yang guru besar. Secara kultur juga beragam karena mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia," kata Nasrullah.
Bahkan, kata dia, secara pengalaman bepergian juga beragam. Tidak sedikit peserta haji Indonesia yang belum pernah bepergian ke luar negeri.
Nasrullah berharap konteks keragaman jamaah calon haji Indonesia ini bisa dipahami oleh pengurus Maktab. Pemahaman itu penting agar proses pelayanan yang diberikan juga bisa memperhatikan keragaman yang ada
Hal senada disampaikan oleh Ketua Masyariq M. Amin Indragiri yang menekankan agar para pengurus maktab bisa memperhatikan keragaman jamaah calon haji Indonesia dalam memberikan layanan. Selain itu, Amin juga menekankan pentingnya profesionalisme kerja dalam melayani jamaah.
"Kami mewakili Masyariq meminta agar maktab bekerja secara profesional," kata dia.
Baca juga: Komisi VIII dorong penambahan kuota haji Indonesia
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024